Harriet Tubman terkenal karena mempertaruhkan hidupnya sebagai "konduktor" di rel kereta bawah tanah, yang meloloskan budak untuk mendapat kebebasan di Negara Utara (Uni). Tapi tahukah Anda bahwa mantan budak ini juga menjabat sebagai mata-mata untuk Uni selama perang sipil dan merupakan wanita pertama dalam sejarah Amerika yang memimpin ekspedisi militer?
Wanita biasanya dibatasi untuk peran tradisional seperti memasak dan menyusui, Tubman pun melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Tapi dia juga bekerja berdampingan dengan laki-laki, kata penulis Tom Allen, yang menceritakan kisahnya dalam buku National Geographic, Harriet Tubman, Secret Agent.
Baca juga: Gempa Sunda Megathrust Berpotensi Merusak Jakarta
Tubman memutuskan untuk membantu tentara Uni karena Ia menginginkan kebebasan untuk semua orang yang dipaksa menjadi budak, tidak hanya sedikit seperti yang bisa ia lakukan sendirian. Dia meyakinkan banyak orang Amerika-Afrika lainnya agar berani untuk bergabung sebagai mata-mata, bahkan dengan risiko digantung jika mereka tertangkap.
Dalam salah satu peran yang paling dramatis dan berbahaya yang dilakoninya, Tubman membantu Kolonel James Montgomery merencanakan serangan untuk membebaskan budak dari perkebunan sepanjang Sungai Combahee (dilafalkan "KUM-bee") di Carolina Selatan. Pada pagi hari 1 Juni 1863, tiga kapal perang membawa ratusan tentara laki-laki bersama dengan Harriet Tubman mengemban misi tersebut.
Tubman telah mengumpulkan informasi penting dari anggota pengintainya tentang posisi tentara Konfederasi. Dia tahu di mana mereka bersembunyi di sepanjang pantai. Dia juga mengetahui lokasi mereka menempatkan torpedo, atau barel yang diisi dengan bubuk mesiu, di dalam air.
Ketika kabut pagi lenyap dari beberapa persawahan terpenting di Selatan, ekspedisi tentara Uni sukses besar. Para pasukan berhasil membakar bangunan dan menghancurkan jembatan, sehingga tak lagi dapat digunakan oleh tentara Konfederasi. Mereka juga membebaskan sekitar 750 budak-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi serta tidak kehilangan satu pun tentara dalam serangan itu.
Allen, yang menulis tentang petualangan ini dan banyak lainnya, mengetahui Tubman dengan baik melalui penelitian berbulan-bulan yang ia lakukan demi buku itu. Detail sejarah yang ia bagikan mampu menghidupkan Tubman dan sosok penting lain di masanya.
Untuk mengumpulkan fakta-fakta, Allen mencari di perpustakaan dan internet, dan bahkan menyusuri jejak Tubman. "Aku pergi ke sungai di selatan, daerah di mana serangan itu terjadi," katanya.
Baca juga: Gaylord Nelson, Tumpahan Minyak, dan Sejarah Hari Bumi
"Aku berada di semacam negara, dengan banyak nyamuk dan ular, dan masih ada jalan tanah, Aku tahu bagaimana rasanya di sana."
Allen mengatakan saat paling menarik adalah ketika pustakawan membawanya ke catatan yang ditulis oleh orang-orang yang benar-benar melihat Tubman dan pasukan beraksi.
"Tingginya (Tubman) 157 cm, lahir sebagai seorang budak, memiliki penyakit yang melemahkan, dan tidak dapat membaca atau menulis. Namun inilah wanita tangguh yang bisa mengambil alih dan memimpin laki-laki. Gabungkan semua bersama-sama dan Anda mendapatkan Harriet Tubman. Aku begitu cepat menyukainya karena kekuatan dan semangatnya," kata Allen.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang wanita pemberani ini, bacalah buku karya Allen: Harriet Tubman, Secret Agent.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR