Jumlah penderita cacat mental di seluruh dunia lebih dari sepertiganya diabaikan. Hal ini disampaikan oleh para peneliti dari Universitas Harvard dan Universitas College, London. Mereka mengatakan jika dari seluruh penderita cacat di dunia, 32 persen nya menderita penyakit mental. Sebelumnya, penyakit mental dianggap bertanggung jawab atas 21 persen kecacatan global.
Para peneliti mengatakan orang dengan masalah kesehatan lainnya , seperti penyakit jantung, sindrom nyeri, masalah neurologis dan HIV, sering menderita gangguan kejiwaan yang tidak dikenali oleh profesi medis. Depresi klinis sering terjadi bersaman dengan penyakit kronis, tetapi jarang dilaporkan dan diobati.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry.
Biaya stigma
“Gangguan kejiwaan membutuhkan biaya yang tinggi”, kata Daniel Vigo, seorang psikiater dan di Harvard School of Public Health di Boston.
"Orang-orang dengan penyakit mental mati sebelum seorang perokok berat, perlu perspektif yang serius pada kasus ini," kata Vigo.
Bagian dari masalah adalah stigma yang menyertai penyakit mental. Orang dengan gangguan kejiwaan lebih mungkin terhindar dari dokter dan pengobatan seperti orang-orang yang sakit secara fisik. Vigo menuturkan bahwa persentase orang yang sedang dirawat untuk gangguan mental, sekitar 8 persen dari populasi AS, baru awalnya saja.
Langkah selanjutnya
Vigo dan rekan-rekannya menyerukan perhatian yang lebih besar terkait masalah ini pada masyarakat global, dan untuk pengobatan kondisi kejiwaan yang ditawarkan di tingkat layanan kesehatan primer, di mana banyak orang dengan masalah kesehatan lainnya terlihat.
"Layanan kesehatan mental perlu berkembang dan tidak dianggap sebagai masalah yang terpisah lagi," katanya. Perawatan yang dapat ditawarkan seperti melalui perawatan primer, termasuk obat-obatan dan terapi, tetapi mengakui ada masalah adalah langkah pertama.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR