Di bawah intensitas hujan yang tinggi, anggrek raksasa di Kebun Raya Bogor (KRB) menunjukan keindahannya. Bunga tersebut merupakan jenis anggrek terbesar di dunia.
Jika berminat melihatnya, Anda harus buru-buru. Sebab, bunganya hanya bertahan maksimal dua minggu. Sedangkan untuk mekar, harus memakan waktu selama 2 tahun.
Tumbuh berderatan di seberang masjid dalam KRB, lokasinya cukup mudah diakses melalui pintu tiga. Terletak di seberang Taman Perlintasan Bogor, di pertemuan antara Jalan Pajajaran dengan Jalan Jalak Harupat, pintu tersebut berseberangan dengan Pangrango Plaza. KRB sendiri berada di samping Istana Bogor, terletak di tengah-tengah kota hujan tersebut.
Mekar di ketinggian sekitar tiga meter, pengunjung harus melihat ke atas untuk menikmati bunga-bunganya. Jika berjalan sekilas pohon ini kurang mencolok karena ketinggiannya tersebut.
Namun, jika pengunjung melihat ke atas, terlihat anggrek yang ukurannya tidak lazim tersebut. Untuk mengamatinya, pengunjung dapat membaca informasi singkat yang terdapat di papan informasi di bawah pohon anggrek tersebut.
Anggrek raksasa ini dikenal dengan sebutan anggrek macan karena keindahan bunganya saat mekar menyerupai corak macan. Sering juga disebut anggrek tebu karena tekstur batangnya yang seperti tebu.
Sedangkan jenisnya sendiri ialah grammatophyllum speciosum, jenis anggrek yang berasal dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Kebun Raya Bogor sendiri memiliki satu marga anggrek dengan tiga jenis yang berbeda.
Sejak zaman penjajahan, tanaman ini sudah ada di Kebun Raya Bogor, seperti yang dikatakan Sofi, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di KRB yang khusus menangani anggrek dan bunga raflesia.
“Kalau ditanya sejak kapan dibudidayakan, tanaman ini di Kebun Raya sudah ada sejak zaman Belanda. Harus lihat arsip-arsip zaman itu dulu saya,” ujar Sofi, saat dihubungi KompasTravel, Senin (8/2/2016).
Sedangkan disebut raksasa karena memiliki ukuran yang sangat besar dibanding anggrek pada umumnya. Dengan panjang batang yang menjuntai ke bawah hingga 3 meter, dan panjang daunnya sendiri mencapai 50-100 meter. Hebatnya lagi tanaman ini sekali berbunga berjumah 50-100 kuntum di tangkai bunganya yang bisa mencapai 2 meter.
Sofi mengatakan, meskipun hanya mekar setiap dua tahun sekali, untuk merawat tanaman ini tidak memerlukan perlakuan khusus. Namun, harus menemukan tempat berkembang yang pas.
“Perawatannya tidak susah, hanya harus menemukan mikroklimat yang pas dan cocok. Jika mikroklimat-nya cocok, didiamkan saja sudah tumbuh sesuai. Kayak di depan masjid itu gak diapa-apain, sudah cocok,” ujar Sofi.
Mikroklimat merupakan kondisi iklim mikro sekitar tempat tumbuhnya tanaman yang tentunya dapat memengaruhi tumbuh kembang tanaman tersebut. Seperti suhu udara, curah hujan, dan kelembapan.
Anggrek merupakan tanaman epifit atau tumbuhan yang hidup "menumpang" alias menempel pada inang, tetapi tidak mengambil makanan dari inangnya tersebut. Anggrek raksasa pun tumbuh di pohon-pohon yang memiliki batang kokoh dan besar.
“Karena ukurannya yang besar, memerlukan tempat tumbuh yang besar pula. Bisa apa saja pohonnya asal bisa kuat menopang tubuhnya,” ujar Sofi.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR