Sebuah laporan terbaru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan, sekitar 60 persen kehilangan pendengaran pada anak-anak dapat dicegah. WHO mengkampanyekan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan intervensi dalam mencegah atau mengurangi hilangnya indera pada anak-anak. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Hari Mendengar Dunia pada tanggal 3 Maret lalu.
(Baca : Fosil Tulang Telinga Ungkap Pergeseran Pendengaran Manusia)
WHO melaporkan bahwa sejumlah 360 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan pendengaran, dan hampir 32 juta diantaranya adalah anak-anak. Di antara jumlah itu, 31 juta anak tinggal di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Alarcos Cieza, yang mengkoordinasikan program WHO untuk pencegahan kebutaan dan tuli mengatakan, jika sebanyak 40 persen dari anak-anak yang kehilangan pendengaran dapat dikaitkan dengan genetika, dengan 31 persen lain terkait dengan infeksi.
"Kita tahu bahwa ada infeksi dari masa kanak-kanak seperti gondok, meningitis, campak atau infeksi telinga sangat umum atau infeksi dari ibu, seperti rubella. Jadi, tindakan yang dilakukan biasanya hanya imunisasi.Bila terjadi gangguan pendengaran umum, maka tindakannya adalah perawatan pendengaran yang baik,"kata Cieza.
Cieza menambahkan bahwa hampir seperlima dari kasus kehilangan pendengaran di masa kecil adalah karena komplikasi saat lahir, berat badan lahir rendah, dan penyakit kuning neonatal. Ia mengatakan program kesehatan ibu dan anak dapat mencegah hal ini terjadi.
(Baca pula : Bagaimana Solusi Gangguan Pendengaran pada Anak?)
Dia mengatakan bahwa stigma yang terkait dengan gangguan pendengaran sering membuat keluarga enggan mencari bantuan untuk anak-anak mereka, dan program rehabilitasi berbasis masyarakat dapat menciptakan kesadaran dan melawan stigma ini.
Cieza mengatakan strategi ini sedang dilaksanakan di lebih dari 100 negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Ia mengatakan identifikasi awal anak-anak dengan gangguan pendengaran sangat penting dalam memicu intervensi yang diperlukan, seperti menyediakan alat pendengar.
Bukan tidak mungkin, memberi anak-anak tuli kemampuan untuk berkomunikasi melalui bahasa isyarat dan keterampilan pendidikan lainnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR