Tanah Jakarta terus menerus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain ada beban di atasnya, getaran bumi, dan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan.
(Baca :Pendudukan Zona Hijau Terjadi di Banyak Tempat di Jakarta)
Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, menurut Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Perairan Firdaus Ali, penurunan tanah di Jakarta lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Makanya cepat hentikan pengambilan air tanah dalam. Orang kan bertanya mungkin tidak kita menaikkan ke atas tanahnya lagi dengan dipompa dengan air laut. Tidak bisa, karena begitu dia (tanah) turun, dia akan turun seterusnya," ujar Firdaus di Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Firdaus menekankan, tanah bukan balon yang mengembang dan mengempis kapan saja. Dengan demikian, jika tanah sudah turun, seumur hidup akan terus turun.
Karena itu, tidak ada pilihan lain untuk menaikkan permukaan tanah selain menjaganya agar tidak turun terlalu drastis. (Baca pula : Kebiasaan Jakarta yang Harus Diubah)
Sementara itu, terkait beban yang berat karena banyaknya gedung-gedung bertingkat dan populasi tinggi di Jakarta, kata Firdaus, hal ini juga menjadi pemicu turunnya tanah Ibu Kota.
Gedung-gedung ini disadari atau tidak juga membuat daerah resapan menjadi tertutup dan membuat air menggenang. Namun, kata dia, tentu saja tidak mungkin merobohkan bangunan-bangunan atau infrastruktur yang sudah berdiri begitu saja.
"Tidak ada di muka bumi ini yang nekat (merobohkan), kecuali Korea yang dulu merontokkan jembatan," jelas Firdaus.
Meski demikian, ia menuturkan, masih ada cara lain, yaitu dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya, dengan membangun bendungan atau waduk berukuran kecil, namun berjumlah banyak, sehingga mempertahankan tingkat resapan dan retensi baru.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR