Badak Sumatera di Kalimantan yang baru saja ditemukan pada 12 Maret 2016 lalu mati pada Selasa (5/4/2016). Badak yang masuk subspesies Dicerorhinus sumatrensis itu mati tiga pekan setelah berada di kandang sementara.
Ini menjadi kabar duka bagi dunia konservasi sebab individu tersebut hingga kini menjadi satu-satunya badak sumatera di Kalimantan yang tertangkap secara fisik. Kabar kematiannya disampaikan oleh Kepala Biro Humas KLHK Novrizal Thahar, Selasa sore dalam grup Whatsapp.
“Yth. Kawan2 Media yang baik, Nanti saya akan kirimkan penjelasan resmi terkait Badak Sumatera di Kutai Barat, mohon ditunggu. Terima kasih, salam duka, Nov,” demikian tulis Novrizal seperti dikutip dari Kompas.com.
Diduga kuat bahwa badak sumatera di Kalimantan ini mati karena infeksi berat. Saat konferensi pers pada 21 Maret 2016 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta WWF-Indonesia memang menyatakan bahwa badak itu memiliki luka bekas tali jerat pada kakinya.
Hingga kini, siaran pers dan penjelasan resmi KLHK terkait kematian badak ini sedang disusun.
Pencarian badak Sumatera di Kalimantan ini dimulai sejak 2013 ketika beberapa peneliti orangutan menemukan jejak kaki, kotoran, serta puntiran tanaman dan bekas gesekan pada batang pohon.
(Baca juga: Badak Sumatera Berhasil Ditemukan di Kutai Barat Untuk Upaya Penyelamatan)
Pada Oktober 2015, kamera jebak yang dipasang oleh Tim Survei Badak WWF berhasil mengidentifikasi keberadaan badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat. Tim kemudian membuat lubang perangkap untuk menangkap badak agar dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Pada 12 Maret 2016, satu badak betina remaja masuk dalam perangkap dan segera dipindahkan dalam boma atau kandang sementara yang memiliki luasan sekitar 50m2.
Pemindahan (translokasi) Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat diperlukan karena beberapa individu ditemukan berada dalam kawasan hutan yang mulai terdesak karena kegiatan pertambangan, perkebunan, industri kayu maupun pembalakan liar.
(Baca juga: Sifat Soliter Menyebabkan Badak Sumatera Sulit Berkembang dan Terancam Punah)
Sebenarnya, pemerintah dan para pemerhati satwa telah menyiapkan suaka di Hutan Lindung Kelian Lestari. Suaka bagi badak bersifat penyendiri (soliter) ini memiliki luasan 200 hektar, dua kali lipat luas Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas, Lampung. Menurut rencana, translokasi badak Sumetera akan dilakukan bulan depan. Sayangnya, badak Sumatera betina tersebut ditemukan mati sebelum sempat dipindahkan ke suaka.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR