Jumlah makanan yang dibuang oleh manusia diperkirakan dapat mencapai selangit makanan. Anda bisa bayangkan bagaimana penuhnya langit dengan makanan yang mencapai lebih dari 1,4 milyar ton per tahun. 400 juta ton lebih berat dari Gunung Fuji, Jepang, yang tingginya 2,3 mil di atas permukaan laut.
(Baca : Jangan Buang Makananmu!)
Jika memerangi kelaparan global tidak cukup menjadi alasan untuk membalikkan tren ini, maka penelitian terbaru ini (semoga) dapat menyadarkan bahwa mengurangi limbah makanan secara drastis dapat membantu dalam memerangi perubahan iklim.
Jürgen Kropp, salah satu penulis studi terbaru melihat bagaimana kelebihan makanan membebani planet ini. Ia mengatakan bahwa bukan rahasia lagi, jika negara-negara Barat bertanggung jawab atas keadaan darurat hari ini.
"Gaya konsumsi makanan di negara-negara Barat merupakan bagian dari krisis iklim " kata Kropp dilansir dari The Huffington Post. (Baca juga : Prancis Melarang Supermarket Membuang Makanan)
Penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology, menemukan bahwa konsumsi tidak banyak berubah selama 50 tahun terakhir, surplus global makanan meningkat sekitar 65 persen. Produksi makanan yang terus-terusan berlebihan justru meningkatkan gas rumah kaca yang dipancarkan, namun tidak mengurangi jumlah orang yang kelaparan.
Menurut penelitian, menghindari pembuangan makanan dari hasil pertanian dapat membantu mencegah dampak iklim, seperti cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut.
"Pertanian adalah pendorong utama perubahan iklim, terhitung lebih dari 20 persen emisi gas rumah kaca global secara keseluruhan pada 2010," kata rekan penulis, Prajal Pradhan dalam sebuah pernyataan. "Menghindari kerugian limbah makanan, karena itu akan menghindari emisi gas rumah kaca yang tidak perlu dan membantu mengurangi perubahan iklim."
Setiap tahun, sekitar sepertiga dari makanan dunia hilang atau terbuang percuma. Hal ini dipaparkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Amerika Serikat. Mereka menjelaskan pula bahwa makanan yang terbuang, senilai hampir $ 1 triliun, sebenarnya dapat memberi makan sekitar 2 miliar orang (jumlah yang cukup mengejutkan), mengingat laporan lain menyatakan ada sekitar 800 juta orang kekurangan gizi di dunia.
Peneliti dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim memperingatkan bahwa pada tahun 2050, sepersepuluh dari emisi sektor pertanian dapat ditelusuri kembali ke produksi makanan yang terbuang. Tentu saja harus ada upaya global untuk mengurangi jumlah makanan yang terbuang ini.
(Baca pula : PBB : 34 Negara Tidak Punya Cukup Makanan untuk Rakyatnya)
"Menghindari kerugian makanan dapat mempengaruhi berbagai tantangan sekaligus, mengurangi dampak lingkungan pertanian, menghemat sumber daya yang digunakan dalam produksi pangan, dan meningkatkan ketahanan pangan lokal, regional, dan global," kata Kropp dalam sebuah pernyataan.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR