Krisis pangan yang telah mengintai 60.000 warga sipil terkepung di salah satu kota di Irak, Fallujah, dikhawatirkan semakin memburuk.
The World Food Programme (WFP) menyebutkan, harga pangan di wilayah itu kini melambung sangat tinggi, berbarengan dengan menipisnya persediaan di toko-toko dan rumah warga.
Pemerintah setempat pun belum berhasil mengambil alih wilayah itu dari penguasaan kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yang menyebabkan putusnya jalur penyaluran logistik ke Fallujah. Sementara kelompok teroris itu pun memblokade warga di dalam kota.
Fallujah selama ini memang dikenal sebagai kawasan di Irak yang sangat dikuasai oleh para teroris itu.
Seperti diberitakan BBC, Selasa (12/4/2016), pada Kamis pekan lalu, kelompok kampanye untuk hak asasi manusia (HRW) menyebut, penduduk di kota itu kini kelaparan.
Bahkan, karena menipisnya persediaan logistik, dan melambungnya harga-harga, banyak warga yang terpaksa membuat bahan makanannya dari rerumputan.
"Jika pendudukan berlanjut di Fallujah dalam tiga bulan ke depan, maka kondisi akan semakin buruk dari Maret laly," demikian diungkapkan WFP.
WFP menyebut, pada bulan Maret, harga gandum melonjak enam kali lipat dibandingkan harga pada bulan Desember 2015"
Sementara, toko-toko dan pasar telah kehabisan persediaan makanan. Data ini diperoleh berdasarkan survei melalui telepon selular yang dilakukan WFP bulan lalu.
Menjangkau para responden pun kini dirasak semakin sulit, karena minimnya sinyal selular dan ketakutan warga untuk memberikan laporannya.
"Bantuan belum bisa menembus Fallujah, padahal pemerintah setempat telah merebut kembali wilayah di dekat Ramadi pada bulan Desember 2015. Rute pasokan logistik pun dipotong. Sementara kelompok bersenjata itu mencegah warga sipil keluar dari kota," demikian bunyi laporan WFP.
Senada dengan itu, laporan HRW minggu lalu pun menyebut, warga yang putus asa lantas menggunakan bibit tanaman untuk membuat tepung roti.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR