Seekor ular raksasa yang berhasil ditangkap oleh pekerja konstruksi di Malaysia beberapa hari lalu, dilaporkan tewas oleh pejabat margasatwa negeri jiran tersebut, Selasa (12/4).
Ular yang merupakan jenis Sanca Kembang (Phyton reticulatus) tersebut berukuran panjang 7,5 meter, hanya 17 senti lebih pendek dibandingkan dengan ular sejenis yang didaulat sebagai ular terpanjang yang hidup di penangkaran. Beratnya mencapai 250 kilogram, ujar petugas margasatwa Malaysia. Namun menurut Kenneth Krysko selaku manajer koleksi herpetology di Museum Sejarah Alam Florida, angka-angka tersebut mungkin tetap perlu diverifikasi ulang.
Ular tersebut ditemukan di situs konstruksi di Paya Terubong, Penang, Malaysia. Anggota Angkatan Pertahanan Sipil Malaysia kemudian memindahkan hewan tersebut dan berpose untuk foto serta video. Mereka tampak memegang ular, menekan mulutnya agar menutup dan membuat jerat di sekeliling lehernya. Para pekerja juga tampak menendangi ular tersebut.
Sanca itu kemudian dipindahkan ke margasatwa resmi Malaysia, yang juga mengumpulkan telur-telur yang mereka yakini berasal dari ular.
Petugas Humas Angkatan Pertahanan Sipil Malaysia, Shazree Mustapha mengatakan bahwa ular tersebut “mati dengan sendirinya.”
“Mungkin ia memutuskan untuk bunuh diri,” katanya. “Mungkin ia merasa terancam sehingga ia bunuh diri,” kata Mustapha.
Tetapi Krysko sangat meragukan teori tersebut. “Ular tidak dapat membunuh dirinya sendiri,” tegasnya.
“Saya bahkan tidak tahu bagaimana ular akan bunuh diri.”
Krysko mengatakan bahwa belum jelas apakah ular mati akibat kesalahan penanganan, “Tetapi tidak mungkin ular itu mati dalam seminggu jika dibiarkan di alam liar,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk membuat jeratan di sekeliling lehernya.
“Anda tak seharusnya menendang ular, dan tak ada alasan mengapa harus menekan mulutnya agar tertutup, itu bukan aligator. Yang harus dilakukan hanyalah memegang belakang kepalanya dan ular tidak akan menggigit Anda.”
Ditambah lagi, dengan begitu banyak orang, ular tersebut bahkan tak memiliki kesempatan untuk menyerang manusia.
Menurut Krysko, meskipun Sanca besar merupakan hewan yang amat kuat, mereka sangat jarang menyerang manusia. Hewan itu lebih cenderung menghindari manusia di alam liar. Beberapa catatan kecelakaan biasanya diakibatkan karena penanganan ular peliharaan yang salah.
"Tindakan terbaik yang harus Anda lakukan jika berhadapan dengan ular besar adalah meninggalkannya dan segera menghubungi petugas margasatwa," ungkap Krysko.
Sanca Kembang hidup di hutan tropis yang banyak terdapat di Asia Tenggara, terutana di dekat air. Mereka memiliki pola warna-warna yang geometris dan dapat hidup hingga 25 tahun di penangkaran. Mereka makan berbagai jenis mangsa, terutama burung-burung, mamalia hingga rusa besar.
Populasi Sanca Kembang di alam liar terus merosot akibat perburuan untuk mendapatkan daging dan kantung empedunya, yang digunakan sebagai obat tradisional. Hewan ini juga kerap dibunuh oleh orang-orang yang takut terhadapnya.
Sejarah Migrasi Manusia Modern di Indonesia Terungkap! Ada Perpindahan dari Papua ke Wallacea
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR