Berbagai kuliner tampil di jalan sepanjang sekitar 200 meter dengan total lebih dari 100 stan yang berdiri menawarkan aneka jajanan modern hingga tradisional.
Suasana budaya Tionghoa dan Jawa terasa ketika memasuki gerbangnya. Lampion-lampion merah bergantungan di depan ruko-ruko yang berderet sepanjang jalan. Becak pun lalu lalang menghantarkan penumpangnya menuju beberapa kios di pasar ini.
Tempat ini memang salah satu surganya kuliner di Semarang. Cobalah berjalan mengamati kuliner yang tersedia dari awal gerbang ke ujung jalan Pasar Malam Semawis tersebut. Anda seperti melalui berbagai generasi dan tempat di Indonesia maupun Asia. Karena kuliner yang disediakan pun lintas generasi dan dari berbagai daerah Indonesia hingga Asia.
Kuliner kekinian seperti martabak aneka rasa, churos, juga milk shake dan masih banyak lagi tersaji disini. Selain itu anda juga akan melewati jejeran kuliner oriental dari mulai okonomiyaki, takoyaki, dimsum, hingga lapchiong (sosis babi).
Uniknya di tempat ini, jajanan modern seperti burger, churos, hingga zupa soup dapat berdampingan dengan jajanan tradisinal yang hampir punah di Semarang, seperti es hawa dan pisang plenet.
Berbagai ikon kuliner tersohor dari Semarang pastinya tak luput seperti lunpia, tahu bakso dan petis, tahu gimbal. Tak hanya jajanan tradisional Semarang yang ada disini, Anda juga dapat menemukan pempek Palembang, siomay dan batagor Bandung, gudeg widjilan Yogyakarta, hingga pisang ijo khas Makasar.
Puas mencoba berbagai aneka kuliner di sini, Anda bisa mencoba beberapa hiburan yang tersedia disini. Ada area karaoke terbuka yang menyajikanm lagu Indonesia dan mandarin.
Area ini selalu ramai dengan orang-orang yang ikut bernyanyi, walaupun microphone hanya tersedia dua, tapi pengunjung yang sedang menunggu makanannya ikut bernyanyi meramaikannya.
Di awal anda memasuki jalan ini pun ada beberapa stan yang menjual suvenir, aksesoris, pakaian, dan yang cukup menyita perhatian adalah stan ramalan menggunakan kartu tarot. Namun, sayangnya ketika KompasTravel berkunjung stan tersebut sedang tidak beroprasi alias tutup.
Jika di beberapa kota tempat pusat kuliner seperti ini lalu lalan pengamen, tapi tidak seperti itu di sini. Pengamen atau sekumpulan pelajar yang mempersembahkan penampilannya untuk menggalang dana disediakan tempat khusus. Yaitu di awal jalan setelah gerbang masuk Semawis, terdapat tugu bundaran kecil di sekitarnya tempat para pengamen pelajar bergiliran menunjukkan kebolehannya. Pejalan kaki yang lalu lalang pun tidak sungkan menjatuhkan uangnya di boks yang tersedia.
Jika anda datang ketika penanggalan tertentu seperti hari besar umat Tionghoa, Anda bisa menikmati berbagai pertunjukan barongsai dan suguhan grup musik klasik China bahkan wayang potehi yang hanya tersisa satu di Semarang.
Kawasan ini hanya ada di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, mulai pukul 18.00 hingga 23.00 WIB. Jika pagi di hari kerja kawasan ini menjadi pasar yang menyediakan berbagai bahan makanan dan sayuran.
Menurut Yahya, salah satu penjual di Pasar Malam Semawis, hari Sabtu merupakan hari paling ramai di sini. Pangunjungnya tidak hanya dari Semarang, logatnya terkadang dari Batak, Sunda hingga bagian timur Indonesia. Bahkan tak jarang turis asing pun berwisata kuliner ke sini.
Pada Jumat malam dan Minggu malam keadaannya lebih lenggang, tidak terlalu padat untuk yang lebih suka suasana tenang.
Kawasan ini hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Simpang Lima Semarang. Melewati Jalan Gajah Mada hingga menemukan perempatan besar pertama, belok kanan, ikuti jalan maka akan bertemu dengan gerbang Semawis. Jika Anda menggunakan motor bisa menelusuri samping sungai hingga masuk daerah pecinan, dan Pasar Semawis.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR