Sebuah gaun sutera, beberapa potong pakaian dan benda-benda seperti sisir, buku dan pomander, ditemukan terkubur dalam pasir oleh para penyelam di situs bangkai kapal dekat Pulau Texel, Belanda. Gaun dan benda-benda tersebut diduga milik seseorang di istana kerajaan ratu Inggris.
Terbuat dari kain sutera dengan motif bunga-bunga, gaun tersebut tampaknya biasa digunakan sebagai pakaian sehari-hari, karena tak memiliki bordir dari emas atau perak. Sementara itu, pakaian-pakaian lain yang ditemukan bersamaan kaya akan bordiran emas dan perak. Gaun tersebut sudah dipamerkan di Museum Maritim Kaap Skil sejak awal April.
Ahli sejarah dan budaya Nadine Akkerman dari Universitas Leiden dan Helmer Helmers dari Universitas Amsterdam telah mengkonfirmasi keaslian gaun tersebut. Mereka menyebutkan bahwa gaun itu milik seseorang yang berada di istana kerajaan Ratu Inggris Henrietta Maria. Ratu tampaknya tengah bepergian untuk sebuah misi rahasia di Laut Wadden ketika salah satu kapal bagasinya tenggelam.
Menurut studi, perjalanan ratu ke Republik Belanda bertujuan untuk mengantarkan putrinya yang berusia 11 tahun ke istana William II, sang Pangeran Orange yang telah menikahi gadis itu setahun sebelumnya.
Namun, tampaknya perjalanan tersebut hanyalah kedok untuk menutupi misi rahasia. Diduga, misi rahasia itu ialah menjual permata mahkota dan menggunakan uangnya untuk membeli senjata untuk Raja Charles I. Langkah penting ini dilakukan karena raja membutuhkan senjata dalam Perang Saudara Inggris.
Sebuah buku dengan lambang Wangsa Stuart yang ditemukan bersama gaun mengarahkan para ahli pada dugaan adanya hubungan gaun dengan kerajaan. Menurut Akkerman dan Helmers, gaun tersebut mungkin milik Jean Kerr, bangsawan wanita Roxburghe (1585-1643). Kerr merupakan tangan kanan ratu dan merupakan salah satu dari dua wanita yang kehilangan bagasi saat tenggelamnya kapal. Gaya dan ukurannya memberikan indikasi kuat bahwa gaun tersebut milik kerr.
Temuan mereka juga didasarkan pada surat yang ditulis oleh Elizabeth Stuart (1596-1662), Putri Wangsa Stuart yang mengungsi di Hague setelah diasingkan dari Kerajaan Bohemia.
Dalam surat bertanggal 17 Maret 1642 dan ditujukan pada diplomat Inggris Sir Thomas Roe tersebut, Elizabeth menceritakan bagaimana kakak iparnya kehilangan bagasi kapal saat penyeberangan pada 1642.
Akkerman dan Helmers mampu mengungkap misteri gaun tersebut dengan cukup cepat. “Setelah Helmers meminta saya untuk turut mengungkap misteri gaun ini, hanya butuh sekitar 5 menit bagi kami untuk menemukan surat yang relevan, karena saya ingat pernah menyalin dan mengartikan surat itu pada tahun 2006. Kami terus menemukan lebih banyak referensi,” tutur Akkerman.
Helmers menambahkan, “Sangat disayangkan kami tidak diajak berkonsultasi sebelumnya, padahal jika iya, teka-teki akan terungkap jauh lebih cepat.”
“Para arkeolog lebih memfokuskan penelitian dari sisi material gaun. Tentu saja hal itu penting, tetapi teks sejarah juga menceritakan kisah mendebarkan,” pungkasnya.
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR