Apa yang Mungkin Terjadi pada Bumi di 500 Tahun Mendatang?
Sabtu, 30 April 2016 | 12:00 WIB
Mungkin banyak di antara kita yang menganggap bahwa bumi yang kita tinggali saat ini, sama kondisinya bahkan sama suhunya, dengan bumi yang ditinggali nenek moyang kita beratus atau beribu tahun lalu.
Tentu saja tidak. Dalam satu abad terakhir, manusia telah membawa banyak kerusakan dan bencana besar bagi satu-satunya planet yang bisa ditinggali makhluk hidup ini, setidaknya hingga tulisan ini dibuat. Mulai dari musnahnya banyak satwa, gundulnya berjuta kilometer persegi hutan, berbagai bencana, dan yang paling mengerikan adalah bencana yang tidak dapat dirasakan dalam waktu singkat, yakni pemanasan global.
Mari berandai, apa yang akan terjadi pada bumi kita, tahun 2516, atau 500 tahun dari sekarang? Sebagaimana dilansir dari Business Insider, berikut merupakan prediksi wajah bumi di masa mendatang.
Kita mulai dari tahun 2100, saat semuanya mulai makin panas, dan suhu rata-rata global naik 2 derajat celcius dibandingkan tahun ini, 2016.
Sebagian Afrika, Amerika Selatan, dan India seringkali harus bergelut dengan suhu 43 derajat C di musim panas. Suhu yang bisa membunuh ribuan orang tiap tahun karena tak kuat menahan panasnya cuaca.
Glacier di pegunungan tinggi di Asia – termasuk Himalaya, hanya tersisa 30% dari ukurannya sekarang.
Mamat (10) mencuci muka untuk mengusir panas dari botol bekal air minumnya saat bermain di sekitar kolam salah satu sumber air untuk warga Kampung Campaka, Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang mengering, Rabu (29/7). Sejak sebulan terakhir, debit air kolam tersebut terus menyusut hingga pada akhirnya kering saat musim kemarau ini. Mengeringnya kolam dan menyusutnya debit air sejumlah sumber air bersih dirasakan menyulitkan warga. (Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)
Hilangnya sumber air yang stabil, ditambah dengan kekeringan yang parah, dan populasi manusia yang terus tumbuh tak terkendali, menyebabkan sumber-sumber air di Asia tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia.!break!
Saat fotografer James Balog pertama kali memotret Gletser Columbia yang penuh bebatuan, permukaannya telah menyusut hampir 18 kilometer sejak 1980. Ia pun meluncurkan Extreme Ice Survey, untuk menyaksikan perubahan iklim. Lebih lengkap mengenai penyusutan es ini bisa Anda simak di NGI Oktober 2013.
Glacier-glacier besar di Pegunungan Alpen di Eropa akan sepenuhnya hilang.
Diperkirakan 30 persen dari terumbu karang di planet ini telah binasa akibat kenaikan suhu laut, akibat El-Nino dan pengasaman. (Thinkstock)
Suhu samudera juga menghangat dan air laut menjadi lebih asam. Anak cucu kita takkan lagi bisa melihat terumbu-terumbu karang yang indah, juga terumbu karang terbesar di dunia saat ini, Great Barrier Reef. Terumbu karang mungkin masih bisa dijumpai hanya di akuarium.
Menurut penelitian, permukaan Laut Mati terus menurun 1 meter per tahun. (Thinkstockphoto)
Permukaan laut naik 91 cm dan ratusan ribu orang terpaksa harus dievakuasi dari tempat-tempat tinggal mereka. Negara-negara pulau seperti Tuvalu, Kiribati, dan Marshall Islands tak bisa lagi ditinggali.
Jutaan penduduk yang tinggal di tepi pantai akan menjadi pengungsi akibat kenaikan permukaan air laut ini. Disney World dan Disneyland akan sepenuhnya berada di bawah air.!break!
Ilustrasi (Wikimedia Commons)
Di abad ke-22, populasi manusia mencapai 9,5 miliar orang. Kurangnya persediaan makanan, air, dan energi memicu berbagai konflik baru yang meluas di seluruh dunia.
Kabar baiknya, manusia telah mencapai Mars. Uni Eropa, Rusia, Tiongkok dan AS berhasil mengirimkan tim multinasional ke Mars pada tahun 2050.
Tapi 150 tahun setelah berhasil menghuni Mars, badai matahari terbesar menghantam bumi dan Mars, yang mengakibatkan matinya aliran listrik, komunikasi, dan saat manusia berhasil mengatasinya bertahun kemudian, koloni manusia di Mars sudah musnah sepenuhnya.
Betina katak Frankixalus Jerdonii (SD Biju, National Geographic)
Pada abad ke-23, kita mencapai puncak dari kepunahan massal ke-enam. Makhluk-makhluk amfibi adalah yang paling terdampak. Bumi akan kehilangan 1.000 species katak, kadal air, salamander dan banyak lagi.
Banyak lagi yg akan punah. Ribuan spesies burung, mamalia, dan serangga akan terhapus dari muka bumi.
Antara tahun 2200 dan 2300, bumi menderita sangat hebat. Lapisan es abadi di Greenland runtuh dan mencair, menyebabkan kenaikan permukaan laut 6 meter.
Kawasan Timur Tengah, yang sudah tercabik konflik sejak lama, menjadi tempat yang tak lagi bisa ditinggali. Kanada mencanangkan program resettlement besar-besaran, dan menyediakan padang tundranya untuk dihuni para pengungsi yang terdampak pemanasan global.
Afrika dan Amerika Selatan yang dulunya kawasan subur, kehilangan 1/5 kawasan suburnya. Pertanian berpindah ke AS, Tiongkok, Rusia, yang masih masih punya tanah yang bisa ditanami.!break!
Di abad ke-24, Mars kembali dilirik. Namun, dengan populasi bumi yang mencapai 11 miliar, membawa koloni-koloni baru ke Mars bukanlah opsi yang masuk akal.
Tapi bumi sudah terlalu padat, apalagi bumi sudah menjadi tempat yang tak lagi punya sumber daya, berbatu, dan berdebu. Manusia mulai mencari tempat koloni baru di luar angkasa.
Tanpa tekanan yang cukup, lapisan es di Greenland pecah dan menghempas lautan. Gempa dan Tsunami menghantam Atlantik Utara.
Bagian depan beting es di area Thwaites, Antartika pada Oktober 2012. Es yang terus mencair akibat pemanasan global membuat gletser ini rentan pecah dan tenggelam, menurut riset terbaru. (Foto oleh JAMES YUNGEL, NASA)
Di akhir abad ke-24, Glacier Thwaites di Kutub Selatan, pecah dan mencair, dan makin mempercepat hilangnya lapisan es di kutub yang dulu sepenuhnya ditutupi es ini.
Pada akhir abad ke-25, lapisan es di kutub utara bagian barat runtuh setelah bertahun-tahun mencair perlahan. Permukaan laut kembali naik, kali ini bertambah 9 meter.
Banyak lagi bencana global yang datang. Efek dari emisi yang tidak dimitigasi akan berlanjut jauh melampaui 2516.
Manusia di masa kini bisa menghindari bencana-bencana global di atas. Membatasi pemanasan global 2 derajat Celcius memang takkan menyelesaikan semua masalah, namun hal ini bisa menghindarkan kita dari puncak bencana global di masa depan yang membunuh jutaan manusia, dan memaksa miliaran orang untuk mengungsi.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Talchines, Sang Penyihir Jahat dan Perajin Andal dalam Mitologi Yunani
KOMENTAR