Kereta penumpang bertenaga hidrogen pertama di dunia resmi diluncurkan minggu ini oleh Alstom, perusahaan transportasi Prancis. Kereta bernama Coradia iLint ini akan beroperasi tanpa polusi suara dan udara di Jerman mulai tahun depan.
Kereta ramah lingkungan ini rencananya akan beroperasi di jalur Buxtehude-Bremervörde-Bremerhaven-Cuxhaven, di Lower Saxony, negara bagian Jerman. Prosedur uji coba akan dilaksanakan akhir tahun ini dan akses untuk publik bakal dibuka pada Desember 2017.
Kereta tersebut ditenagai oleh baterai ion lithium raksasa. Baterai tersebut mendapatkan energi dari tangki bahan bakar hidrogen yang dipasang di atap kereta. Perangkat penyimpanan energi ini menjadi kebanggaan para pengembang, karena dikendalikan oleh sistem manajemen energi cerdas. Ada juga rencana untuk menyediakan tanaman yang memproduksi hidrogen yang diperlukan di sepanjang rute kereta.
“Kami akan membangun sistem pasokan yang sesuai untuk kereta sehingga bisa mengisi bahan bakar,” kata Jens Sprat, kepala departemen transportasi perkotaan di perusahaan tersebut.
Dengan tangki terisi penuh (94 kg/gerbong), kereta berjuluk Hydrail ini dapat beroperasi seharian penuh, atau menempuh jarak hingga 800 km dengan kecepatan maksimal 140 km/jam. Selain itu, Hydrail sanggup mengangkut 300 penumpang sekali jalan, dan akan menjadi kereta bertenaga hidrogen sepenuhnya yang melayani rute jarak jauh.
Bagian terbaiknya, Hydrail hanya menghasilkan uap air dan bebas emisi karbon sehingga tak mencemari udara. Artinya, kereta ini menawarkan alternatif kendaraan dengan emisi nol untuk menggantikan 4.000 kereta diesel Jerman.
Menurut surat kabar Jerman, Die Welt, otoritas transportasi Lower Saxony sejauh ini telah memesan 14 unit kereta iLint dari Alstom. Jika kereta tersebut terbukti berhasil, dijamin bakal ada lebih banyak kereta iLint yang berseliweran di seluruh kawasan negara tersebut. Tak heran, sebab Jerman memang sedang gencar-gencarnya menerapkan penggunaan energi terbarukan di semua sektor industri.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR