Jarum suntik telah menimbulkan ketakutan pada banyak pasien sejak tahun 1850. Tetapi kini, ada temuan perangkat medis terbaru yang menjanjikan pengobatan efektif yang jauh dari rasa sakit.
Insinyur biomedis Mark Kendall membuat Nanopatch, perangkat medis bebas jarum yang lebih mungil dari perangko, tetapi memiliki efek besar. Portabilitasnya dapat membantu menurunkan tingkat kematian globar dari tuberkulosis, malaria, HPV, dan penyakit-penyakit menular lainnya. Bahkan perangkat ini dapat memberantas penyakit polio.
Nanopatch tidak seperti kebanyakan vaksin yang memerlukan perlindungan dingin berantai untuk menjaga khasiat obat dari pabrik hingga penyimpanan. Perangkat ini justru dilengkapi dengan ribuan paku kecil kering yang dilapisi vaksin. Fitur ini menjadi anugerah bagi daerah-daerah yang belum berkembang dan kekurangan listrik agar suhu dingin obat tetap terjaga.
Selain itu, Nanopatch yang menempel pada kulit dengan perangkat pegas, mendorong obat ke dalam beberapa sel di bawah kulit.
“Dengan demikian, tanggapan imun akan lebih efektif dibanding jarum suntik, yang memasukkan obat melalui otot,” kata Kendall.
Perangkat ini juga lebih aman dibanding jarum suntik, yang melukai banyak pasien dan menjadi celah penyebaran penyakit pada petugas medis.
“Teknologi lawas mungkin sulit untuk dikalahkan, tetapi kita memiliki teknologi baru yang akhirnya dapat mengalahkan teknologi lawas,” tambahnya.
Kendall pertama kali merancang Nanopatch pada 2004, ketika ia masih menjadi peneliti di Oxford University. Ia juga telah mencari tahu potensi penggunaannya di Papua Nugini, salah satu negara dengan tingkat kasus kanker serviks terkait HPV paling tinggi di dunia, tetapi tak memiliki akses terhadap pengobatan preventatif.
“Papua Nugini jadi tempat yang bagus untuk uji coba. Negara seukuran Prancis itu hanya memiliki 800 refrigrator yang tak semuanya berfungsi, dan tidak mudah diakses oleh banyak orang,” kata Kendall, yang kini menjadi profesor di University of Queensland.
Vaxxas, perusahaan bioteknologi yang didirikan Kendall, telah menarik minat Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang akan melakukan studi vaksin suntik polio pada tahun 2017.
Awal tahun ini, Vaxxas bersama tim peneliti Kendall di University of Queensland\'s Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology dan WHO, menguji vaksin virus polio yang tidak aktif pada tikus laboratorium. Tes tersebut menemukan bahwa Nanopatch efektif menggunakan 1/40 dari dosis vaksin virus polio biasa.
Kendall mengatakan, dirinya menyadari bahwa temuannya membutuhkan waktu setidaknya satu dekade sebelum bisa diproduksi secara komersil.
“Prospek membuat sesuatu yang bisa membuat perbedaan bagi jutaan orang merupakaan perasaan indah, tak ada hal lain yang lebih ingin saya lakukan. Tetapi saya tidak akan puas hingga teknologi ini keluar lab dan meluncur ke tempat-tempat yang membutuhkan,” pungkasnya.
National Geographic memproduksi konten ini sebagai bagian dari kemitraan dengan Rolex Awards for Enterprise.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR