Pada Natal 25 tahun silam, pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev tampil dalam siaran sore berita nasional untuk mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya sebagai presiden Uni Soviet.
“Kalian adalah pewaris peradaban besar,” ia berkata muram kepada para penonton yang menyaksikan. “Itu tergantung pada masing-masing dari kalian, sehingga peradaban itu dapat lahir kembali dan memberi kehidupan yang bahagia dan terhormat bagi kita semua.”
Siaran selama 30 menit itu dilanjutkan dengan pembaharuan berita tentang perang di Republik Kaukasus Georgia, cuplikan dari Santa ski air, dan prakiraan cuaca. Beberapa menit kemudian, bendera Soviet diturunkan di Kremlin. Hari berikutnya, Majelis Agung Soviet menerbitkan deklarasi 142-H, dan Republik Sosialis Uni Soviet secara resmi dibubarkan.
Majalah National Geographic pertama kali meliput Rusia pada November 1914, ketika Kekaisaran Rusia yang mulai melemah memasuki Perang Dunia I. Lebih dari 100 halaman dan 16 pelat warna mengenalkan pembaca pada tanah tak berbatas ini dan masyarakatnya yang tak terhitung. Bahasan majalah tentang revolusi dan akibatnya muncul teratur selama tahun 1917. Pada 1944, para kartografer National Geographic menerbitkan peta modern Uni Soviet pertama dan satu-satunya dengan nama tempat yang tertulis dalam Bahasa Inggris.
Pada November 1914, Gilbert H. Grosvenor, editor National Geographic, menerbitkan 102 halaman bertajuk “Young Russia”. Hanya beberapa tahun sebelum Revolusi Komunis, foto-foto ini menampilkan para pendeta dan tentara kota dan sisi pertanian negara. Lonceng gereja seberat 200 ton yang dibangun pada 1735, dikenal sebagai Tsar Kolokol, atau “King of Bells”. (National Geographic Creative)
Memasuki abad ke-20, para penulis dan fotografer National Geographic sesekali melakukan kunjungan terbatas ke Uni Soviet untuk mendokumentasikan prestasi besar sekaligus kegagalan sosial-ekonomi dari negara komunis tersebut. Mereka kagum pada program antariksanya dan kemajuan berpikir para wanita Rusia.
National Geographic juga menyaksikan keruntuhan Uni Soviet, dan artikel-artikel serta foto-foto kami menjadi rekaman penting tentang eksistensi Uni Soviet sebagai salah satu negara paling adidaya dan berpengaruh di abad 20. Simak foto-fotonya berikut ini.
Maret 1966, seorang profesor Amerika mendeskripsikan kehidupan sebagai “penduduk Soviet biasa” selama lima bulan dalam buku berjudul “An American in Russia’s Capital”. Catatannya tentang kehidupan di perumahan mahwasiswa dan berbelanja di toko-toko pemerintah memberikan pandangan unik bagi orang-orang di luar Rusia tentang negeri tersebut. Foto itu menangkap tekanan dari pesatnya pembangunan di Moskow, dengan apartemen-apartemen yang menjulang di dekat rumah-rumah tradisional dan lahan pertanian. Di latar belakang, tampak gedung pencakar langit di era Stalin. (Dean Conger/National Geographic Creative)
National Geographic edisi Maret 1967 membawa para pembaca ke Siberia, memperkenalkan mereka pada rusa gembala milik orang-orang Yakut, dan piknik nan gaduh di permukaan Danau Baikal yang beku. Di dalam foto, tampak seorang pekerja kantin setempat mengintip dari jendela yang terbingkai es. (Dean Conger/National Geographic Creative)
Banyak artikel-artikel tentang Uni Soviet yang dipotret dan terkadang ditulis oleh Dean Conger. “Di satu sisi, saya berpikir bahwa pekerjaan saya adalah proyek “dari orang ke orang”, dan lensa saya menjadi salah satu lubang kecil yang memungkinkan orang lain menatap ke dunia yang jarang terlihat,” tulisnya pada Agustus 1977. Di foto ini, kameranya dihalangi oleh tangan seorang wanita di Tashkent. “Wanita ini, bangga dengan kotanya, mungkin ia mengira saya sedang mencoba menggambarkan sesuatu yang mutunya di bawah standar,” jelasnya. (Dean Conger/National Geographic Creative)
Kembali ke Siberia pada 1977, Conger menanyakan umur gadis kecil yang dijumpainya di Murmansk. Gadis cilik itu menjawab dengan seulas senyum dan memberi isyarat dengan jari-jarinya. (Dean Conger/National Geographic Creative)
Mengunjungi Siberia sekali lagi pada Maret 1990, National Geographic mendokumentasikan pesatnya perkembangan industri di wilayah tersebut. Dalam foto ini, tampak Novvy Urengoy, ladang produksi gas alam terbesar di dunia, dengan apartemen para pekerja yang diibaratkan seperti gerbong barang raksasa berbaring di tanah beku. (Steve Raymer/National Geographic Creative)
Uni Soviet sudah mulai kacau balau saat kami menerbitkan artikel pada November 1990 tentang negara-negara Baltik dan perjuangan mereka untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet. Polusi parah, seperti yang terlihat di desa sebelah pabrik semen, merupakan salah satu pemicu warga yang tak puas memberontak terhadap pemerintah pusat. (Larry Price/National Geographic Creative)
Mendokumentasikan kerusuhan yang menyapu Rusia pada Februari 1991, National Geographic membagikan kisah-kisah tentang veteran dari Perang Afghanistan yang terabaikan dan komunitas agama yang bangkit kembali. Di foto ini, tampak jenderal Tentara Merah berdiri di atas makam Lenin untuk meninjau parade dalam rangka peringatan 45 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman. (Steve Raymer/National Geographic Creative)
Mengikuti kejatuhan Uni Soviet pada 1991, National Geographic kembali ke Rusia dan Ukraina pada Maret 1993 untuk mendokumentasikan dampak-dampaknya. Dalam foto ini, penambang batu bara membersihkan diri setelah pergantian jam kerja di lubang tambang sekitar Donetsk, Ukraina. Pada 1989, pemogokan kerja oleh para penambang di daerah ini membantu mendiskreditkan rezim Soviet. Saat ini, area tersebut merupakan bagian dari Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri pro-Rusia. (Gerd Ludwig/National Geographic Creative)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Selidik Catatan Yunani Kuno: Rahasia Hidup Sehat dan Awet Muda
KOMENTAR