Dengan teleskop MPG/ESO 2,2 meter di European Southern Observatory, Chile, para astronom yang berkolaborasi ini melakukan pengamatan berkala untuk memperoleh spektrum cahaya saat GJ 1132b transit di depan bintang induknya. Sembilan kali transit GJ 1132b berhasil diamati, dan hasilnya memperlihatkan kalau planet ini memiliki atmosfer yang renggang.
Kala transit, planet akan menghalangi sebagian kecil cahaya bintang. Ini salah satu cara untuk menemukan exoplanet. Selain bisa menemukan eksoplanet, cahaya yang diterima dalam bentuk spektrum juga bisa bercerita banyak tentang planet tersebut. Saat terjadi transit, atmosfer planet akan menyerap sebagian kecil cahaya bintang di area tepi planet dan menyaring panjang gelombang tertentu sesuai komposisi atmosfer tersebut. Dari hasil pengamatan 9 kali transit exoplanet GJ 1132b, para astronom berhasil mengetahui keberadaan air dan atau metana di atmosfernya dengan proporsi yang hampir sama dengan atmosfer Bumi.
Ada satu hal yang menarik. GJ 1132b merupakan exoplanet yang mengitari bintang katai merah pada jarak yang sangat dekat. Aktivitas bintang katai merah yang sering melepaskan letupan atau semburan partikel merupakan salah satu potensi mengapa planet di bintang serupa diperkirakan sulit memiliki kehidupan yang bisa bertahan lama.
Atmosfer yang masih bisa ditemukan oleh para astronom memberi harapan baru bagi kehidupan di sistem ini jika ada. Kehidupan yang muncul memiliki kesempatan bertahan dan bertumbuh.
Dari paramter massa dan ukuran yang sudah diketahui, kerapatan planet bisa diketahui dan komposisi planet pun bisa diketahui. Dengan kerapatan 4,3 kerapatan Jupiter dan atmosfer yang mengandung uap air, ada dua model yang dikembangkan.
Yang pertama, exoplanet GJ 1132b merupakan dunia padang pasir yang panas dengan inti batuan yang diselubungi air. Model kedua, planet GJ 1132b merupakan planet batuan seperti halnya Bumi.
Untuk bisa memecahkan misteri planet ini, butuh teleskop generasi baru yang bisa memberikan cerita yang lebih banyak dari sistem GJ 1132b tersebut. James Webb Space Telescope yang akan diluncurkan tahun 2018 bisa menjadi salah satu jawabannya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR