“Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Ini dianya yang terbelakang”
Anda yang lahir pada tahun 1990-an atau sebelumnya, tentu familiar dengan lagu karangan Saridjah Niung Bintang Soedibjo atau lebih dikenal dengan Ibu Sud ini. Dulu, lagu tersebut dinyanyikan sebagai pengiring permainan tradisional “ular naga” yang biasa dilakukan oleh anak-anak di halaman.
Lagu tersebut kembali berkumandang, mengiringi sekelompok bocah yang bermain ular naga dalam Operet Dolanan. Mereka tampil pada malam pembukaan Pameran dan Gelar Permainan Tradisional di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (22/02/2017).
Melalui pameran bertajuk “Menyelami Kegairahan Masa Kecil”, Bentara Budaya dan Gudang Dolanan Indonesia mengajak masyarakat untuk menyegarkan kembali ingatan tentang beragam permainan anak nusantara yang kini mulai terpinggirkan.
Pameran yang berlangsung pada 22-28 Februari 2017 itu menampilkan sekitar 400 alat permainan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya congklak, kelereng, ketapel, bekel, yoyo dan gasing. Untuk gasing sendiri, jumlahnya berkisar 100 buah, dengan beragam rupa yang mewakili daerah asalnya.
Hampir seluruh mainan yang dipamerkan merupakan koleksi milik Endi Agus Riyono atau yang lebih dikenal sebagai Endi Aras, pemerhati dan pelestari permainan tradisional. Koleksi beragam permainan tradisional tersebut merupakan hasil jerih payah Endi “bergerilya” dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia selama kurang lebih 11 tahun.
Upaya Endi untuk melestarikan dolanan bocah khas Nusantara berangkat dari keprihatinannya melihat permainan tradisional yang kian terlupakan dan ditinggalkan. Ia menuturkan, saat ini anak-anak lebih nyaman berlama-lama menatap layar gawai atau bermain dengan mainan modern buatan pabrik.
“Sayang kalau permainan tradisional lama-lama ditinggalkan. Karena kepunahan permainan tradisional ini juga berarti kepunahan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” kata Endi.
Padahal, di balik kesederhanaannya, permainan tradisional mengajarkan berbagai nilai yang penting bagi perkembangan karakter anak, di antaranya kejujuran, sportivitas, kebersamaan, dan taat pada aturan. Permainan tradisional juga melibatkan aktivitas fisik, mengasah keterampilan serta mengembangkan kreativitas.
“Sayang kalau permainan tradisional lama-lama ditinggalkan. Karena kepunahan permainan tradisional ini juga berarti kepunahan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” kata Endi, seusai pembukaan pameran, Rabu (22/02/2017) malam.
Endi mengatakan, perhelatan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali permainan tradisional Indonesia di kalangan anak-anak melalui orangtuanya. “Kami memperkenalkan kembali permainan tradisional Indonesia ke anak-anak dan ke orang tua. Karena dari orangtua itu akan merambat ke anaknya,” ujarnya.
Selain pameran, digelar pula berbagai pelatihan membuat mainan tradisional dan beragam lomba permainan anak, seperti egrang bambu, adu gasing, bakiak, lompat karet, dan kelereng. Malam harinya, terdapat panggung kesenian yang diramaikan oleh berbagai komunitas seni dan perwakilan dari sekolah-sekolah.
Berikut jadwal acara Pameran dan Gelar Permainan Tradisional:
Kamis, 23 Februari 2017
10.00 - 12.00 Lomba permainan anak
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR