Sindrom Asperger merupakan gangguan neurobiologi yang masih termasuk dalam spektrum austisme. Pertama kali ditemukan tahun 1944 oleh dokter anak asal Austria bernama Hans Asperger, gangguan ini diperkirakan diderita 1 dari 88 anak.
Setiap anak penyandang asperger bisa memiliki gejala yang berbeda-beda, sehingga tidak ada daftar pasti gejala apa saja untuk mendiagnosis gangguan ini. Itu sebabnya diperlukan pemeriksaan mendalam oleh dokter anak, dokter kesehatan jiwa, atau psikolog, untuk memastikannya.
Ketahui apa saja gejala umum sindrom asperger, yang dibagikan oleh para ibu yang memiliki anak dengan gangguan tumbuh kembang ini.
1. Perasaan mendalam pada satu aktivitas
Kebanyakan anak penyandang asperger hanya tertarik pada satu atau dua topik khusus dan mengumpulkan banyak informasi tentang topik itu. Mereka pun bisa punya pengetahuan yang banyak tentang topik itu, misalnya kendaraan berat, sepak bola, astronomi, dan sebagainya.
2. Bicara seperti "profesor"
Mereka cenderung punya kemampuan verbal yang baik, tetapi karena ada aspek sindrom austisme, mereka hanya mau membicarakan topik kesukaannya saja sepanjang waktu. Anak asperger juga biasanya bicara lebih formal dibanding anak seusianya, dan lebih suka ngobrol dengan orang dewasa.
3. Tak bisa membaca "kebiasaan sosial"
Kesulitan dalam kehidupan sosial adalah ciri utama penyandang sindrom asperger. Mereka sulit membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah atau memulai percakapan dua arah.
Ciri lainnya adalah tidak sabaran, tidak bisa membedakan mana yang humor atau bercanda dan sulit menerima pendapat berbeda. Karena kesulitannya ini anak penyandang asperger juga sering terisolasi dari pergaulan.
4. Butuh rutinitas
Anak-anak penyandang asperger butuh rutinitas harian. Tanpa rutinitas, mereka akan kebingungan atau tak bisa mengontrol emosinya jika ada yang tidak teratur. Mereka juga harus diberitahu sejak jauh-jauh hari jika orangtua ingin mengajaknya bepergian atau melakukan aktivitas di luar rutinitasnya.
5. Kurang empati
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR