Stres mungkin penyebab dari berbagai hal buruk yang terjadi pada kesehatan, terutama kesehatan mental. Bukan cuma itu, berteman akrab dengan stres juga membuat otak lebih tua beberapa tahun.
Tiap orang memiliki tingkat stres berbeda-beda. Yang perlu diwaspadai adalah stres besar yang dialami saat kita berusia muda, misalnya saja perceraian, kematian, atau bahkan pindah sekolah, karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif di kemudian hari.
Tim dari University of Wisconsin School of Medicine and Public Health meneliti data dari 1.320 orang yang melaporkan mengalami stres selama masa hidup mereka dan menjalani tes neuropsikologis untuk mengukur kemampuan berpikir dan ingatan mereka.
Peserta rata-rata berusia 58 tahun dengan tingkat stress tinggi seperti kehilangan pekerjaan, kematian anak, perceraian, atau tumbuh dengan orangtua pemabuk dan pengguna narkoba.
Tes tersebut meneliti beberapa area, antara lain ingatan langsung, pembelajaran verbal dan ingatan, pembelajaran visual dan ingatan, serta kemampuan menceritakan kembali.
Hasilnya menunjukkan bahwa stres berat berkaitan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk di kemudian hari. Studi ini dipresentasikan di Alzheimer\'s Association International Conference di London.
Dr. Maria Carrillo, kepala peneliti Alzheimer\'s Association, mengatakan peristiwa-peristiwa stres yang dipusatkan para peneliti sangat beragam, mulai dari kematian orangtua, pelecehan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, kemiskinan, tinggal di lingkungan yang kurang beruntung, hingga perceraian.
Ketika melihat secara khusus orang Afrika Amerika, ternyata mereka mengalami 60 persen kejadian yang lebih berat daripada orang Kaukasia selama masa hidup mereka.
Peneliti mengatakan, pada orang Afrika-Amerika, setiap pengalaman stres setara dengan kira-kira empat tahun penuaan kognitif. Dengan kata lain, penuaan di otak terjadi lebih cepat dari seharusnya.
Dr. Doug Brown, peneliti bidang Alzheimer mengatakan, kecemasan dan depresi juga dianggap berkontribusi terhadap risiko demensia.
Stres dalam jangka panjang memicu efek inflamasi atau peradangan pada sel-sel tubuh. Kondisi ini dianggap mempercepat timbulnya demensia.
Para ahli percaya bahwa gaya hidup dan pola makan sehat dapat membantu mengurangi risiko ini, bahkan bagi orang-orang yang mengalami peristiwa stres.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR