Namun, bayi hanya memiliki kesempatan bertahan hidup di luar rahim ibunya setelah mencapai 27 minggu masa kehamilan.
"Jika janin bayi terlalu muda untuk dilahirkan, kita mungkin bisa memberinya obat yang menghambat enzim tersebut untuk memperlambat penuaan plasenta. Dan memungkinkan bayinya bertahan dalam rahim sampai kemungkinan besar selamat saat dia lahir," kata Prof. Smith.
Aldehyde oxidase merupakan enzim bertanggung jawab terhadap tanda-tanda penuaan pada tubuh manusia, termasuk plasenta.
Jika tim peneliti Prof. Smith dapat mengetahui bagaimana cara mengendalikan kehadiran enzim ini di dalam tubuh, kemungkinan medisnya bisa tak terbatas.
"Ada kemungkinan bahwa jika kita mengembangkan cara berbeda untuk menghentikan enzim ini bekerja dan menyebabkan kerusakan, hal itu dapat membuat tingkat penuaan lebih rendah di jaringan lain dan bahkan kemungkinan pertambahan usia yang sehat," kata Prof. Smith.
Namun, prioritas utama baginya adalah mengurangi jumlah bayi lahir mati yang dialami wanita hamil di Australia.
"Saya pikir sangat penting agar ibu hamil yang mengalami bayi lahir mati untuk mengetahui bahwa hal itu bukan kesalahan mereka," katanya.
"Ini adalah sesuatu yang terjadi pada plasenta. Mereka hanya bisa memiliki sedikit kendali terhadapnya," jelasnya.
"Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencegahnya. Jadi mereka seharusnya tidak merasa bersalah," papar Prof. Smith.
Penelitiannya akan dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology bulan November mendatang.
Artikel ini sudah pernah tayang sebelumnya di Australia Plus dengan judul Peneliti Australia Berhasil Temukan Penyebab Bayi Lahir Mati.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR