Sebuah foto mengenai pembantaian badak memenangi penghargaan bergengsi Wildlife Photographer of This Year (WPY).
Foto karya Brent Stirton asal Australia itu memperlihatkan seekor bangkai badak hitam yang culanya telah diambil.
Diduga sejumlah pemburu membunuhnya di suaka margasatwa Hluhluwe Imfolozi dengan senjata api yang dilengkapi peredam suara.
Stirton mengabadikan foto tersebut sebagai bagian dari investigasi perdagangan organ badak secara ilegal.
Demi kepentingan penyelidikan pula, dia sudah berkunjung ke 30 tempat kejadian perkara sehingga membuatnya depresi.
"Dalam titik tertentu, saya kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan," ujarnya.
Saat menerima penghargaan WPY di London, pria berusia 48 tahun itu mengaku meyakini bahwa aksi pembantaian badak yang dia abadikan amat mungkin dilakukan untuk memenuhi pesanan.
Umumnya, setelah kedua cula badak diambil, organ itu dijual ke makelar.
Si makelar kemudian menyelundupkannya keluar Afrika menuju China atau Vietnam.
Di kedua negara itu, cula badak punya nilai jual lebih tinggi ketimbang emas atau kokain.
Mengapa mahal? Stirton merujuk kepercayaan keliru sejumlah orang bahwa cula badak bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari kanker hingga batu ginjal.
"Kita memasuki jaman di mana setiap hewan, setiap makhluk hidup liar, ditaksir harganya."
"Dan orang-orang yang menaksir harga itu perasaannya tidak melulu klop dengan perasaan (sesama fotografer). Seseorang harus membela hak binatang dan makhluk hidup liar," tegas Stirton.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR