Si putri tidur, dongeng yang sudah dikenal dari masa ke masa, ternyata tidak seluruhnya merupakan mitos belaka. Sindrom sleeping beauty adalah suatu keadaan yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata.
Sindrom sleeping beauty atau dalam dunia medis dikenal sebagai Kleine-Levin Syndrome adalah suatu kelainan neurologis yang bisa dibilang langka. Saking langkanya, dilaporkan hanya ada sekitar 1000 orang di seluruh dunia yang menderita penyakit ini.
Namun baru-baru ini diberitakan seorang perempuan bernama Siti Raisa Miranda (13) atau yang kerap disapa Echa mengalami tidur nonstop selama 13 hari. Hanya beberapa saat terbangun, Echa kembali melanjutkan tidurnya.
Artikel terkait: 7 Tanda Anak Memiliki Sindrom Asperger
Menurut Mulyadi, sang ayah yang membuat kisah Echa menjadi populer karena mengunggahnya di Facebook, anaknya itu sudah berulang kali tidur dalam jangka waktu yang lama. Diduga, Echa mengidap sindrom Kleine-Levin ini.
Sindrom Kleine-Levine adalah suatu penyakit neurologis langka yang kebanyakan diderita oleh pria dewasa, sekitar 70% dari jumlah penderita sindrom sleeping beauty adalah laki-laki. Karakterisitik utama dari penyakit ini adalah berlangsungnya periode di mana penderitanya tidur dalam jangka waktu yang lama, kira-kira lebih dari 20 jam per harinya.
Periode ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Tetapi setelah periode tersebut berakhir, penderita sindrom sleeping beauty bisa beraktivitas biasa seperti layaknya orang normal.
Kasus pertama dari sindrom ini dilaporkan oleh Brierre de Boismont pada tahun 1862, beberapa dekade sebelum timbulnya epidemik encephalitis lethargica. Tetapi baru pada tahun 1925 kasus hiperinsomnia yang terus menerus berulang dikumpulkan dan dilaporkan oleh Willi Kleine di Frankfurt.
Max Levin kemudian melanjutkan penelitian terkait sindrom sleeping beauty dengan menambahkan beberapa teori yang mendukung. Sindrom itu kemudian dinamai Kleine-Levin Syndrome oleh Critchley pada tahun 1962 setelah ia memantau 15 kasus terkait gejala-gejala sindrom tidur yang muncul pada prajurit-prajurit Inggris yang bertugas pada perang dunia II.
Apa saja ciri-ciri sindrom sleeping beauty?
Ciri utamanya adalah waktu tidur yang berlebihan ketika sindrom tersebut menyerang, masa-masa ini biasa disebut ‘episode’. Jika suatu episode terjadi, penderita dapat memiliki karakteristik sebagai berikut:
Apa yang menyebabkan terjadinya sindrom sleeping beauty?
Sama seperti penyakit langka lainnya, masih belum ada penjelasan terkait apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya penyakit ini. Tetapi gejala-gejala yang muncul pada sindrom ini mengindikasikan adanya malfungsi kerja bagian hipotalamus dan thalamus pada otak. Kedua bagian ini pada otak berperan dalam mengatur nafsu makan serta tidur.
Bagaimana pengobatan bagi penderita sindrom sleeping beauty?
Dibandingkan dengan terapi obat, pendampingan dan penanganan di rumah saat episode sindrom muncul jauh lebih ditekankan. Beberapa jenis obat dapat dikonsumsi tetapi tujuannya bukan untuk mengobati sindrom tersebut melainkan hanya mengurangi gejala-gejalanya.
Obat-obatan yang berupa stimulan seperti amfetamin, methylphenidate, dan modafinil dapat digunakan untuk mengatasi rasa kantuk berlebihan yang ditimbulkan. Tetapi jenis obat-obatan tersebut dapat meningkatkan iritabilitas penderita dan tidak berpengaruh untuk mengurangi abnormalitas kemampuan kognitif yang terjadi saat episode berlangsung.
Baca juga: Sindrom Rapunzel, Ketika Hairball Terjebak dalam Perut
Karena itu, pengawasan dan penanganan di rumah selama episode terjadi sangatlah penting. Penderita akan mengalami kesulitan mengurus dirinya sendiri sehingga bantuan orang lain sangatlah dibutuhkan.
Setelah satu episode berakhir, penderita biasanya tidak akan mengingat apa yang terjadi selama episode sindrom berlangsung. Biasanya episode-episode sindrom ini lama kelamaan akan berkurang durasi dan intensitasnya. Proses ini dapat berlangsung selama 8 hingga 12 tahun lamanya.
Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul Sindrom Sleeping Beauty, Kelainan yang Membuat Orang Tidur Sangat Lama.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR