Mungkin Anda mengenal orang yang suka pura-pura sakit untuk mangkir dari janji atau tanggung jawabnya. Bisa jadi, teman atau kenalan Anda tersebut mengalami sindrom ‘pura-pura sakit’ yang dalam dunia medis disebut dengan malingering. Penasaran apakah ia benar-benar memiliki malingering atau tidak? Coba cek di sini ciri-ciri malingering atau pura-pura sakit.
Malingering adalah penyimpangan perilaku yang menyebabkan pelakunya mengaku sakit meski ia sebenarnya dalam keadaan sehat, atau bertindak seolah-olah penyakitnya lebih parah dari yang sesungguhnya, dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi. Para ahli tidak memasukkannya sebagai penyakit mental, karena mereka yang pura-pura sakit atau mengalami malingering justru termotivasi akibat keadaan lingkungan sekitarnya.
(Baca juga: Kepribadian dapat Diungkap dari Cara Bergerak)
Para ahli menyebutkan bahwa sindrom ini berkaitan dengan gangguan kepribadian yang antisosial serta riwayat kepribadian penderitanya. Berbeda dengan sindrom Munchausen yang terjadi akibat ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, justru malingering ini terjadi akibat beberapa hal seperti:
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-5 (DSM-5), malingering dapat dideteksi jika ia memiliki ciri dan tanda berikut:
Sebenarnya, tidak ada pemeriksaan fisik khusus untuk mendeteksi sindrom ini kecuali pemeriksaan tes medis yang dapat menunjukkan bukti bahwa pasien tersebut tidak sedang sakit. Sementara, biasanya para ahli akan memeriksanya dengan pemeriksaan mental yang dilakukan dengan cara memberikan berbagai pertanyaan pada orang yang dicurigai malingering. Orang yang mengalami malingering akan menunjukkan berbagai gejala berikut ketika dilakukan pemeriksaan mental:
Dari berbagai pertanyaan yang dilayangkan secara terus-menerus, biasanya pelakunya akan memberikan jawaban yang tidak konsisten dan hal ini yang kemudian dapat menandakan bahwa ia hanya berpura-pura saja.
(Baca juga: Berbohong Berakibat Buruk pada Kesehatan)
Pengamatan jangka panjang bisa membantu mengekspos kepura-puraan, karena pelaku biasanya kesulitan mempertahankan kondisi pura-pura sakit tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Pelaku malingering juga biasanya tidak punya cukup pengetahuan tentang gejala penyakit yang ia “alami”, sehingga saat dilakukan tes fisik, ia akan kesulitan meniru reaksi yang seharusnya terjadi di tubuhnya.
Melakukan sesi tanya-jawab atau konsultasi, di mana petugas medis menanyakan sejumlah pertanyaan bertubi-tubi dalam waktu yang cukup lama, akan membuat pelaku kewalahan karena harus “mengarang” jawaban dalam waktu kilat. Akibatnya, Anda akan menemukan jawaban yang saling berkontradiksi atau tidak konsisten.
Evaluasi psikologi juga direkomendasikan untuk mendeteksi malingering. Psikolog memiliki panduan wawancara klinis yang ilmiah dan objektif, untuk mengetahui apakah seorang pasien memberikan jawaban yang jujur, atau jika ia melebih-lebihkan kondisi sebenarnya.
Artikel ini pernah tayang di hellosehat.com dengan judul Pura-pura Sakit Demi Menghindari Hukuman, Salah Satu Ciri Malingering
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR