Musim topan tahun ini telah menjadi musim yang paling dahsyat yang pernah kita lihat dalam sejarah modern. Harvey yang menyapu Houston pada Agustus silam berhasil menjadi topan terdahsyat tahun ini, mengalahkan Irma di Atlantik dan Ophelia yang memicu fenomena cuaca aneh di Eropa Barat.
Sangat mudah untuk melihat kerusakan lingkungan yang tertinggal akibat topan dahsyat. Namun, mengubah arus atmosfer yang menyebabkan topan-topan tersebut lebih sulit divisualisasikan.
Sebuah simulasi baru yang diterbitkan oleh NASA menunjukkan bagaimana perubahan di atmosfer dapat diamati dengan mengikuti jalur partikel aerosol—partikel kecil yang menggantung di atmosfer.
Dari tanggal 31 Juli sampai 1 Agustus, ilmuwan NASA melacak partikel aerosol kecil dari asap, garam laut, dan debu saat melayang melintasi Samudera Atlantik. Model matematika yang diciptakan oleh Goddard Earth Observing System menunjukkan bagaimana aerosol ini bergerak seiring berjalannya waktu. Ketika diproyeksikan melalui gambar satelit dari periode ini, para ilmuwan dapat melihat proses fisik yang mengarah ke badai-badai super itu dengan lebih baik, menurut situs web NASA.
Visualisasi NASA pertama kali menunjukkan Topan Harvey yang terbentuk pada akhir Agustus, tepat di atas pantai utara Amerika Selatan. Saat badai membesar dan partikel garam menyatu, hal itu bisa dilihat dalam bentuk gugusan biru terang yang meluncur menuju Gulf Coast.
Pada awal September, sama seperti Harvey, Irma terbentuk dari pantai barat Afrika. Konsentrasi garam biru yang cerah berkerumun di tengahnya, bercampur dengan aerosol debu berwarna sawo matang dari Gurun Sahara.
Baca juga: NASA Rilis Foto Paling Natural dari Planet Saturnus dan Cincinnya
Meskipun tidak secara langsung mempengaruhi topan-topan musim ini, asap dari kebakaran hutan yang menghancurkan di wilayah barat laut Amerika Serikat secara bersamaan dapat terlihat menyebar sepenuhnya melintasi Samudra Atlantik.
Pada akhir September, Badai Maria dan Jose juga terjadi. Topan terakhir yang ditunjukkan dalam simulasi adalah Ophelia, yang terbentuk di Atlantik timur dan mengikuti lintasan timur laut yang tidak wajar. Badai ini menjadi berita utama setelah menyapu Eropa barat, menciptakan langit "Mars" merah di atas London. Visualisasi tersebut menunjukkan bagaimana Ophelia membawa debunya menuju ke arah utara.
Ramalan Cuaca yang Lebih Baik
Memahami bagaimana partikel mempengaruhi topan telah memberi gambaran yang lebih lengkap kepaada para ilmuwan tentang bagaimana badai ini bergerak dan membesar. Selain itu, hal ini menunjukkan bagaimana aerosol dapat tersebar ribuan mil karena perubahan atmosfer selain topan.
Kondisi atmosfer yang unik diawali dengan terjadinya topan yang dahsyat. Energi mereka didukung oleh air laut hangat di atas 80 derajat Fahrenheit dan bertahan saat pergeseran angin sedang rendah.
Artikel terkait: Lubang Raksasa Muncul di Atmosfer Matahari, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Pola cuaca La Niña dan El Niño, yang mempengaruhi suhu samudera, dapat mempengaruhi tingkat keparahan musim topan. Fenomena siklis tersebut sebagian besar mempengaruhi arus Samudra Pasifik, tetapi memahami sebab dan akibat atmosfer dapat membantu ilmuwan memprediksi perubahan di wilayah lain di dunia.
Ahli meteorologi berharap bisa menggunakan data dari simulasi ini untuk memperbaiki ramalan cuaca di masa depan.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR