Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12). Ia juga mulai memproses perpindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Aksi ini merupakan salah satu pemenuhan janji kampanyenya kepada para pemilihnya.
Namun, keputusan bersejarah itu dianggap berisiko memicu timbulnya kekerasan baru di Timur Tengah. Sebab, Yerusalem menjadi kota yang diperebutkan selama beberapa dekade. Sebuah kota yang dianggap suci oleh umat Yahudi, Islam, dan Kristen.
Berbagi tempat
Wartawan BBC, Erica Chernofsky mencari tahu mengapa kota ini penting bagi umat Kristen, Islam dan Yahudi. Tiga agama itu berbagi tempat yang berkaitan dengan figur Ibrahim dalam kitab suci.
Yerusalem bergema di hati umat Kristen, Yahudi dan Muslim selama beberapa abad berbagi area dan sejarah perselisihan.
(Baca juga: Yerusalem dan Sindrom yang Dialami Pengunjungnya)
Dalam bahasa ibrani, ia disebut Yerushalayim dan al-Quds dalam bahasa Arab, yang merupakan salah satu kota tertua di dunia. Di masa lalu, kota ini pernah ditaklukan, dihancurkan dan dibangun kembali selama beberapa kali dan meninggalkan sebuah bagian berbeda.
Ketika wilayah ini menjadi fokus dari berbagai cerita mengenai perbedaan dan konflik antara orang yang berbeda agama, mereka bersatu dalam menghormati tanah suci ini.
Kota ini memiliki arsitektur bersejarah, dan terdapat pembagian \'wilayah\' bagi Kristen, Muslim, Yahudi dan Armenia. Dikelilingi oleh tembok batu dan menjadi lokasi situs-situs suci di dunia.
Setiap bagian mewakili populasinya sendiri. Kristen memiliki dua \'wilayah\' karena orang Armenia juga Kristen, dan wilayah mereka paling kecil diantara yang lain, yang menjadi Pusat Armenia tertua di dunia.
Menjadi unik karena komunitas mereka telah mempertahankan budaya sendiri dan peradaban di dalam Gereja St James Church dan biara.
Gereja
Di dalam wilayah Kristen terdapat Gereja Makam Kudus, yang menjadi situs penting bagi umat Kristen di seluruh dunia. Situs ini berada di tengah sejarah perjalanan Yesus, kematiannya, penyaliban dan kebangkitan.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR