Lapland dibayangkan sebagai negeri ajaib yang penuh salju dan tempat tinggal para rusa kutub, peri, dan Sinterklas. Namun, di kehidupan aslinya, Lapland menghadapi ancaman pemanasan global yang suram.
Selain menjadi nama provinsi di Swedia dan Finlandia, Lapland merupakan nama Inggris dari wilayah yang sebagian besar berada di atas Lingkaran Arktika. Membentang di utara Norwegia, Swedia, Finlandia dan Rusia.
Para peneliti telah mengungkapkan dampak tidak proporsional dari perubahan iklim di Arktika – ketika suhu udaranya meningkat dua kali lipat dari tingkat rata-rata di dunia.
Wilayah di utara ini tengah menanggung beban pemanasan global. Populasi Lapland yang bergantung pada iklim kutub untuk kebutuhan hidupnya pun mulai merasakan dampaknya.
Perubahan iklim yang dramatis
Dr. Stephanie Lefrere pertama kali datang ke Lapland 18 tahun yang lalu untuk mempelajari tingkah laku rusa kutub. Selain itu, ia juga mengobservasi perubahan iklim dramatis di wilayah tersebut dan dampaknya pada satwa liar.
“Pada kerja lapangan pertama saya, sekitar 300 kilometer di utara Lingkaran Arktika, suhunya mencapai -20 derajat celcius pada 31 Oktober. Kita tidak pernah mengalaminya lagi,” kata dr. Stephanie.
(Baca juga: Tak Hanya Mencairnya Es, Efek Rumah Kaca Juga Picu Terjadinya Erupsi Gunung Api
“Baru-baru ini bahkan terjadi ‘Black Chrismast’ di mana tidak ada salju sama sekali di bagian selatan Finlandia,” tambahnya.
Lebih dari satu dekade bekerja di wilayah tersebut, memperkuat pandangan dr. Stephanie bahwa perubahan iklim memiliki dampak yang luas pada lingkungan Lapland. Di antaranya mempengaruhi rute migrasi, habitat dan tingkah laku hewan yang tinggal di sana.
“Merupakan cita-cita saya sejak kecil untuk mengunjungi Lapland. Hancur rasanya melihat perubahan terjadi dengan sangat cepat,” kata dr. Stephanie.
Dampak bagi rusa kutub
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR