Arab Saudi menyelenggarakan lomba lari pertama untuk perempuan pada Sabtu (3/3) lalu. Negara Timur Tengah ini perlahan-lahan mulai memperluas hak warga perempuannya.
Ratusan pelari wanita – berpengalaman atau tidak, muda dan tua -- berpartisipasi pada lomba lari dengan jarak tiga kilometer di wilayah Al Ahsa. Mengikuti hukum syariah, para perempuan ini tetap berlari menggunakan hijab dan abaya.
“Tujuan dari lomba ini adalah untuk mempromosikan olahraga lari. Juga mengenalkan konsep ‘olahraga untuk semua’ sebagai bagian dari gaya hidup yang lebih sehat,” kata Malek Al Mousa, supervisor acara tersebut.
(Baca juga: UEA Larang Warganya Berbusana Tradisional di Luar Negeri)
Mizna al-Nassar (28), berhasil memenangkan lomba lari dalam waktu 15 menit. Perempuan yang berprofesi sebagai desain grafis ini mengatakan, telah mengatur pola makan serta memiliki jadwal latihan yang diawasi oleh pelatih professional.
“Saya telah berpartisipasi dalam Islamic Sport Games di Azerbaijan pada 2017 dan Ladies Sport Games di Sharjah tahun ini,” katanya.
Al-Nassar berharap ia bisa berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020 sebagai perwakilan Arab Saudi.
Lomba lari ini diselenggarakan beberapa bulan setelah hukum yang melarang perempuan Arab menyetir dihapuskan.
(Baca juga: Melongok Penjara Mewah untuk Terpidana Teroris di Arab Saudi)
Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, Arab Saudi yang dikenal konservatif ini, memang sedang berupaya untuk melakukan reformasi sosial dan ekonomi.
Akhir bulan lalu, Otoritas Hiburan Umum Kerajaan, mengatakan, mereka akan menyelenggarakan 5000 festival dan konser 2018. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipatnya dibanding tahun lalu.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR