Berisiko merusak mumi, membuka bungkus mumi untuk meneliti lebih lanjut tentang luka bukanlah pilihan. Sebagai alternatif, Zink berharap menggunakan jarum biopsi untuk mengambil sampel dari area luka. Prosedur ini tidak memerlukan intervensi apa pun selain penyisipan dan penarikan jarum.
Penemuan mumi anak dengan luka ini sangat penting karena belum pernah ditemukan sebelumnya. Ada kemungkinan mumi lain berisi pembalut serupa di atas luka. Tetapi karena linennya sangat mirip dengan pembungkus mumi, perban linen mungkin diabaikan atau salah diidentifikasi dalam pemeriksaan.
Kemungkinan lain adalah bahwa perban biasanya tidak bertahan dalam proses mumifikasi. Bisa juga terjadi bahwa perban dipasangkan oleh orang yang bertugas membalsam, meski tidak ada gunanya lagi.
Ini mungkin dilakukan atas permintaan orang tua, dengan asumsi mereka mengharapkan hidup si Anak berlanjut di alam kematian. “Mungkin mereka mencoba entah bagaimana untuk melanjutkan proses penyembuhan untuk akhirat,” tambah Zink.
Penelitian lebih lanjut akan terus dilakukan. Mumi Mesir Kuno sangat menarik untuk diteliti oleh para ilmuwan. Ini menjadi penghargaan bagi peradaban yang menyempurnakan teknik pembalsaman.
Pembalsaman dilakukan dengan sangat baik untuk mengawetkan mayat pada budaya Mesir Kuno. Ini memungkinkan peneliti untuk memeriksa mumi secara mendetail. Banyak informasi tidak terduga yang diperoleh melalui penelitian mumi yang terpelihara dengan baik. Hal yang sama tidak dapat diperoleh dari sisa-sisa kerangka tubuh yang tidak dimumikan dari peradaban lain.
“Selalu ada kejutan saat kita mempelajari mumi,” tutur Zink kagum. Baginya, selalu ada hal baru dari setiap penelitian mumi.
Baca Juga: Rahasia Baru Pengawetan Mumi Mesir Kuno Dalam Papirus Louvre Carlsberg
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR