Nationalgeographic.co.id - Pada 26 April 1986, salah satu reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobhyl, di Uni Soviet, meledak. 32 tahun setelah peristiwa tersebut, wilayah Chernobyl menjadi ‘kota mati’ yang memiliki daya tarik wisata. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui dari bencana nuklir terparah ini.
Kronologis
Pada pukul setengah dua pagi, sebuah alarm berbunyi berbunyi di Chernobyl ketika para petugas sedang melakukan pengujian. Panel kontrol menandakan terjadi krisis besar di reaktor nomor empat. Terjadi lonjakan energi secara tiba-tiba yang membuat reaktor terlalu panas dan akhirnya meledak. Diperkirakan, daya ledaknya setara dengan 500 bom nuklir.
Saat udara tersedot ke dalam reaktor yang hancur, itu memicu gas karbon monoksida yang mudah terbakar. Akibatnya, kebakaran terjadi di Chernobyl selama sembilan hari.
(Baca juga: Lima Tsunami Paling Mematikan)
Atap reaktor yang meledak itu melepaskan debu partikel radioaktif ke atmosfer. Menurut data resmi setelah kecelakaan, sekitar 60% materi radioaktif jatuh di Belarusia. Hujan beracun merusak tanaman dan menyebabkan mutasi hewan di sana.
Selain itu, efek yang menghancurkan juga dirasakan di negara Skandinavia, Swiss, Yunani, Italia, Prancis dan Inggris.
Jumlah radiasi dari bencana ini, 100 kali lebih besar dibanding bom atom yang dijatuhkan AS di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang.
Pemerintah Uni Soviet menunggu selama 24 jam untuk mengevakuasi penduduk di kota terdekat Chernobyl, Pripyat. Lebih dari 100 ribu orang dievakuasi dari wilayah tersebut setelah bencana terjadi. Mereka tidak diperbolehkan untuk kembali ke rumahnya.
Radius 18 mil dari reaktor Chernobyl ditetapkan sebagai “Zona Eksklusif”. Akses ke zona ini diperbolehkan apabila mendapat izin dari pemerintah Ukraina. Dan hanya boleh berada di sana selama 12 jam.
Jumlah korban
Setidaknya, ada lusinan orang yang meninggal akibat bencana Chernobyl. Dua di antaranya tewas di tempat, sementara sisanya meninggal beberapa bulan kemudian akibat Sindrom Radiasi Akut.
Jumlah korban sebenarnya sulit diprediksi karena tingkat kematian disembunyikan oleh pihak Uni Soviet. Dan laporannya hilang ketika negara tersebut bubar.
Pada 2005, World Health Organization (WHO) menyatakan, sekitar 4000 orang meninggal karena paparan radiasi.
(Baca juga: Kisah 'Walanda Sunda' di Kampung Albino Ciburuy)
Selain itu, sekitar 4000 kasus kanker tiroid juga terjadi setelah bencana nuklir. Menyerang mereka yang saat kecelakaan terjadi, masih anak-anak dan remaja.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR