Nationalgeographic.co.id—Panda raksasa identik dengan wajah lucu nan menggemaskan dan tubuh besarnya. Meski panda hanya mengonsumsi bambu sepanjang tahun, mengapa hewan yang sempat terancam punah ini bertubuh besar?
Mamalia yang diklasifikasikan dalam keluarga beruang ini merupakan hewan asli Tiongkok Tengah. Memiliki habitat di daerah pegunungan, seperti Sichuan atau Tibet.
Panda, dengan bulu hitam dan putihnya yang khas, dipuja oleh dunia dan dianggap sebagai kebanggaan nasional Tiongkok.
Mereka harus makan sekitar 10-40 kg setiap hari, tergantung pada bagian mana dari bambu yang dimakan. Seekor panda yang baru lahir berukuran kira-kira 17 cm—sekitar 1/900 ukuran induknya. Panda betina dapat tumbuh hingga sekitar 90 kg, sedangkan jantan dapat tumbuh hingga sekitar 136 kg saat dewasa. Beruang-beruang ini adalah pemanjat pohon yang sangat baik meskipun ukurannya besar.
Dilansir dari sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell Reports, bakteri usus membantu panda membangun lemak. Meski hewan ini hanya makan selama 2/3 tahun, bakteri ini berhasil membuatnya agar tetap gemuk.
Saat musim bambu, yaitu di musim semi dan panas, para ilmuwan menemukan bahwa berat panda meningkat. Di musim ini, tunas bambu atau rebung berlimpah.
Mereka berteori bahwa sejenis bakteri usus Clostridium butyricum membantu panda menambah berat badan dan menyimpan lemak. Ini yang menjaganya agar tetap hidup saat bambu tidak bertunas di luar musimnya. Pada saat itulah hanya daun bambu yang tersisa untuk dimakan.
Bakteri bernama Clostridium butyricum adalah jenis bakteri usus yang juga ada pada manusia. Ini digunakan dalam perawatan klinis untuk sindrom radang usus dan diare parah.
Pada panda, para ilmuwan percaya bakteri usus berkontribusi dalam metabolisme yang menggunakan rebung untuk menambah berat badan.
“Kami menemukan bahwa panda memiliki mikrobiota usus yang berbeda selama musim makan pucuk untuk waktu yang lama. Dan sangat jelas bahwa mereka lebih gemuk selama musim ini,” kata Guangping Huang, dari Institut Zoologi, Chinese Academy of Sciences.
Para peneliti menemukan bahwa panda liar di Pegunungan Qingling di Cina tengah meningkatkan jumlah Clostridium butyricum. Tim kemudian harus menguji apakah ini berdampak pada metabolisme mereka.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR