Menurut studi terbaru, musim semi yang lebih hangat akibat perubahan iklim, membuat burung-burung hutan di Inggris kelaparan.
Saat musim semi menghangat lebih awal, jumlah ulat mengalami lonjakan dengan cepat -- bersamaan dengan banyaknya telur burung yang menetas. Ini menyebabkan tidak cukupnya makanan yang tersedia.
Studi terbaru ini memberikan bukti bahwa perubahan iklim bisa memberikan malapetaka pada pergantian musim dan menimbulkan masalah bagi hewan dan tumbuhan yang perilakunya bergantung pada ritme tahunan.
Baca juga: Video: Saat Hiu dan Lumba-lumba Terjebak di Jaring Besar
Saat hewan bergantung pada pergantian musim untuk mencari makan, tumbuh, dan berkembang, ketidaksesuaian jadwal bisa menyebabkan masalah fatal.
“Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ketidaksesuaian waktu perubahan musim bisa menurunkan populasi,” kata dr. Karl Evans, salah satu pemimpin penelitian dari University of Sheffield.
Dr. Malcolm Burgess, peneliti burung di University of Exeter dan RSPB yang menjalankan penelitian, menambahkan: “Hutan memiliki jangka waktu kelimpahan ulat yang pendek. Dengan musim semi yang datang lebih awal akibat perubahan iklim, daun dan ulat muncul lebih cepat. Agar kekacauan tidak terjadi, seharusnya burung juga menetas lebih cepat sehingga tidak kehilangan ulat yang menjadi makanan mereka. Namun sayangnya, banyak burung yang tidak bisa melakukannya.”
Para peneliti fokus kepada tiga spesies yang bersarang di Inggris – yakni burung blue tit, great tit, dan burung sikatan belang.
Mereka menggunakan data yang dikumpulkan sebagian besar ilmuwan untuk mengeksplor kemunculan musim semi dari pohon ek dan ulat yang memakannya. Juga waktu menetas ketiga burung tadi.
“Ketidaksesuaian terbesar terjadi di antara burung sikatan belang. Sebagai burung yang bermigrasi, mereka tidak berada di Inggris saat musim dingin, sehingga kurang mampu merespons cuaca musim semi yang datang lebih cepat,” papar dr. Burgess.
Spesies ini terbang dari sub-Sahara Afrika pada awal musim semi.
Jumlah burung diketahui mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini dikaitkan dengan tumbangnya populasi serangga akibat penggunaan pestisidan yang berlebihan.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR