Nationalgeographic.co.id—Bumi awalnya adalah planet batuan yang sangat panas. Belum jelas bagaimana planet yang kita hidup di atasnya ini memiliki air, zat yang menopang kehidupan. Para ilmuwan berpendapat, air berasal dari tabrakan asteroid atau terpaan komet di masa awal-awal karena terbukti memiliki hidrogen yang dapat menjadi air.
Lagi-lagi, teori ini belum menjawab asteroid atau komet manakah yang membuat Bumi memiliki air. Sebab, mengutip DW, berbagai penelitian menemukan hidrogen yang dimiliki asteroid atau komet kebanyakan berbeda dengan di Bumi.
Teori lain berpendapat jika Bumi memang sudah memiliki kandungan air sejak awal di masa protoplanetnya.
Padahal, para ilmuwan menemukan kondisi Bumi 3,2 miliar tahun silam hanyalah bola air tanpa ada daratan di permukaan, seperti yang diberitakan National Geographic Indonesia pada 2020. Sementara, pendarat Chang 'E 5 dari Tiongkok menemukan in situ air di permukaan bulan. Temuan air juga dikemukakan oleh para astronom di Europa--satelit Jupiter--dan diperkirakan di masa lalu Mars pun memilikinya.
Dari mana zat ini berasal? Apakah objek-objek tata surya ini mengalami tabrakan serupa jika teori tertabrak asteroid atau komet itu benar?
Penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa air sudah ada di tata surya sebelum Bumi terbentuk. Para peneliti menerbitkan temuannya di jurnal Nature Astronomy, berjudul Determination of the initial hydrogen isotopic composition of the solar system, Kamis (03/02/2022).
Tim yang dipimpin ahli geokimia Jérôme Aléon dari Museum Sejarah Alam Nasional Prancis itu mendapati, isotop air yang dimiliki meteorit yang sudah ada sejak lahirnya tata surya justru cocok dengan yang dimiliki di Bumi saat ini.
"Komposisi isotop awal air di tata surya sangat penting untuk mengetahui asal-usul air di tubuh planet tetapi tetap tidak diketahui, meski banyak penelitian telah dilakukan," tulis Aléon dan tim.
"Di sini kami menggunakan komposisi hidrogen dalam inklusi kaya klasium-aluminium (CAI) dari meteorit primitif, batuan tata surya tertua, untuk menetapkan komposisi hidrogen air pada awal pembentukan tata surya.
Mereka mengamati meteorit Efremovka yang ditemukan pada 1962 di Kazakhstan yang memiliki unsur-unsur yang berasal dari 4,57 miliar tahun lalu. Inklusi kaya kalsium-alumunium inilah yang diteliti dengan teknik baru yang para peneliti kembangkan lewat pencitraan sinar ion terfokus (FIB).
Baca Juga: Bangsa Romawi Gunakan Urine untuk Obat Kumur, Ternyata Ini Khasiatnya
Pencitraan itu dapat mengidentifikasi dan menyelidiki semua mineral dalam sampel, kemudian hasilnya dibandingkan dengan berbagai bahan referensi terestrial dengan kandungan air. Hasilnya barulah dapat digunakan untuk memeriksa rasio isotop hidrogen di dalamnya, karena hidrogen adalah salah satu komponen air.
Source | : | Science Alert,National Geographic Indonesia,DW |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR