Nationalgeographic.co.id – Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang lekat dengan potensi wisata alam. Kondisi muka bumi berbukit yang mengapit dataran rendah, membuat Bojonegoro memiliki bentang alam yang indah.
Berbicara tentang wisata alam, terdapat satu destinasi di Bojonegoro yang memiliki daya tarik tak biasa. Destinasi tersebut adalah Kayangan Api, yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
Berbeda dengan destinasi wisata alam pada umumnya, Kayangan Api tidak menyuguhkan pesona hamparan panorama. Melainkan keindahan fenomena geologi berupa api yang tidak pernah padam, atau kerap disebut api abadi.
Nyala api tersebut menyembul di tengah tumpukan batu dan dapat dilihat dari jarak yang cukup dekat. Adapun sumber api diketahui berasal dari semburan gas alam dari perut bumi sehingga api tidak akan padam meski diguyur hujan.
Baca Juga: Diogenes dari Yunani Kuno: Tengil hingga Masturbasi di Ruang Publik
Bagi para pelancong, tak lengkap rasanya menyaksikan fenomena geologi yang langka itu tanpa mendokumentasikannya dengan tangkapan lensa kamera. Terlebih pada malam hari, nyala api abadi di tengah hutan rimbun menghasilkan pendar cahaya yang indah sekaligus unik.
Gagasan itulah yang menyelinap di benak R Berto Wedhatama saat melancong ke Kayangan Api. Fotografer profesional ini berkesempatan memotret api abadi melalui program Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia yang digelar realme Indonesia bersama National Geographic Indonesia.
Berto menuturkan Kayangan Api tidak hanya istimewa dari segi fenomena alam, tetapi juga nilai budaya dan adat istiadat setempat yang melingkupinya. Lokasi api abadi ini pun sarat dengan kisah sejarah yang panjang.
"Kayangan Api merupakan tempat yang sakral, karena lokasi ini merupakan tempat pembuatan keris pada masa Kerajaan Majapahit,” ungkap Berto melalui wawancara daring, Senin (7/2/2022).
Baca Juga: Astronom Menemukan Bukti Planet Ketiga yang Mengorbit Proxima Centauri
Meski berlokasi jauh dari permukiman, Kayangan Api rutin didatangi masyarakat untuk menggelar upacara atau ritual tertentu. Biasanya, ritual dilakukan di pendopo maupun bangunan serupa anak candi yang mengelilingi api abadi.
Menurut Berto, sebenarnya ia berkunjung di waktu yang kurang tepat. Kedatangannya saat itu bertepatan dengan tanggal satu Kliwon yang dipercaya sebagai waktu bertapa masyarakat. Alhasil, objek wisata Kayangan Api ditutup lebih cepat dari jam normal operasional.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR