Nationalgeographic.co.id—Probiotik tampaknya ada di mana-mana akhir-akhir ini, mereka ditemukan dalam yogurt, acar, roti, bahkan makanan anjing. Tapi ada satu tempat lagi yang mungkin akan mengejutkan Anda. Ternyata, probiotik ditemukan juga di popok kotor. Ya, benar, ada probiotik di kotoran bayi!
Probiotik adalah bakteri dan ragi hidup yang baik untuk Anda, terutama sistem pencernaan Anda. Kita biasanya menganggap ini sebagai kuman yang menyebabkan penyakit. Tapi tubuh Anda penuh dengan bakteri, baik dan buruk. Nah, probiotik ini sering disebut sebagai bakteri “baik” atau “membantu” karena membantu menjaga kesehatan usus Anda.
Para ilmuwan di Wake Forest School of Medicine telah mengembangkan "koktail" probiotik yang berasal dari strain bakteri usus yang ditemukan dalam kotoran bayi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproduksi asam lemak rantai pendek SCFA (short-chain fatty acids).
"Asam lemak rantai pendek adalah komponen kunci dari kesehatan usus yang baik," kata peneliti utama studi tersebut, Hariom Yadav, Ph.D., asisten profesor kedokteran molekuler di Wake Forest School of Medicine. "Orang dengan diabetes, obesitas, gangguan autoimun, dan kanker sering kali memiliki lebih sedikit asam lemak rantai pendek. Meningkatkannya dapat membantu dalam mempertahankan atau bahkan memulihkan lingkungan usus yang normal, dan mudah-mudahan, membantu meningkatkan kesehatan."
Temuan penelitian ini telah dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports edisi online 23 Agustus 2018 berjudul Human-origin probiotic cocktail increases short-chain fatty acid production via modulation of mice and human gut microbiome, sebuah publikasi dari Nature.
Selama dekade terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa strain probiotik tertentu dapat secara efektif mencegah atau mengobati penyakit tertentu pada model hewan dan manusia. Laporan ini telah menyebabkan permintaan yang luas untuk suplemen probiotik selama dekade terakhir, sehingga mendorong peningkatan besar-besaran dalam pengembangan produk probiotik baru untuk pasar konsumen.
Hanya saja, penelitian ini terutama dilakukan pada model hewan atau subjek manusia dengan penyakit atau kondisi yang mendasarinya, kata Yadav. Sedangkan laporan ilmiah tentang efek probiotik pada subjek yang sehat dan bebas penyakit tetap relatif terbatas dan tidak konsisten.
Tim Fakultas Kedokteran merancang penelitian untuk menguji efek strain probiotik yang berasal dari sampel tinja manusia yang sehat dan menentukan bagaimana cara kerjanya.
"Bayi biasanya cukup sehat dan jelas tidak menderita penyakit terkait usia, seperti diabetes dan kanker," kata Yadav, seperti yang dilaporkan Tech Explorist. "Dan, tentu saja, kotoran mereka sudah tersedia."
Dalam studi tersebut, tim Yadav mengumpulkan sampel feses dari popok 34 bayi yang sehat. Setelah mengikuti protokol isolasi, karakterisasi, dan validasi keamanan yang kuat dari strain Lactobacillus dan Enterococcus asal usus bayi dengan atribut probiotik, para peneliti memilih 10 terbaik dari 321 yang dianalisis.
Baca Juga: Mengapa Kotoran Bayi Banyak Mengandung Mikroplastik daripada Kita?
Baca Juga: Cek Kotoran Pertama Bayi Anda untuk Tahu Apakah Dia Punya Alergi
Baca Juga: Bayi di Zaman Kuno Dipakaikan Baju Warna Biru Untuk Menangkal Roh
Untuk menguji kemampuan probiotik asal manusia ini yang mengubah mikrobioma usus, yaitu bakteri yang hidup di dalam saluran pencernaan, dan kapasitasnya untuk memproduksi SCFA, tikus diberi dosis tunggal, serta lima dosis berturut-turut dari 10 strain koktail probiotik. Kemudian para peneliti menyuntikkan campuran probiotik yang sama dalam dosis yang sama ke dalam media kotoran manusia.
Para ilmuwan menemukan bahwa pemberian satu dan lima dosis probiotik terpilih ini memodulasi mikrobioma usus dan meningkatkan produksi SCFA dalam usus tikus dan kotoran manusia.
"Pekerjaan ini memberikan bukti bahwa probiotik yang berasal dari manusia ini dapat dimanfaatkan sebagai rejimen bioterapi untuk penyakit manusia yang terkait dengan ketidakseimbangan mikrobioma usus dan penurunan produksi SCFA di usus," tutur Yadav. "Data kami harus berguna untuk studi masa depan yang bertujuan menyelidiki pengaruh probiotik pada mikrobioma manusia, metabolisme serta penyakit terkait."
Meskipun hasil yang dicapai cukup memuaskan, penelitian ini masih terbatas karena tidak menguji campuran probiotik dalam model penyakit apa pun. Mungkin penelitian ini masih memerlukan uji coba lebih lanjut.
Source | : | Tech Explorist |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR