Nationalgeographic.co.id—Sejarah paling sering ditulis oleh para pemenang, Etruria ditaklukkan dan berasimilasi dengan kekaisaran Romawi yang berkembang pesat di Eropa. Begitulah sejarawan kuno menulis tentang sejarahnya.
Etruria tak lebih dikenal dari kesohoran Romawi yang ditulis berjilid-jilik oleh banyak sejarawan, mulai dari sejarawan kuno hingga sejarawan kontemporer. Alasannya, karena Romawi adalah pemenang dari pertempuran.
"Tanpa teks tertulis yang luas dari mereka sendiri, sejarah Etruria harus disatukan dari sedikit sisa budaya mereka," tulis Mark Cartwright kepada World History.
Mark Cartwright menulis dalam artikelnya yang berjudul Etruscan Warfare yang dipublikasikan pada 15 Februari 2017.
Beberapa peninggalannya yaitu, reruntuhan tembok benteng, senjata, baju besi, dan karya seni yang menggambarkan tema yang berhubungan dengan peperangan, dan catatan bekas penulis kuno.
Pemerintah awal kota-kota Etruria didasarkan pada monarki, tetapi kemudian berkembang menjadi pemerintahan oligarki yang mengawasi dan mendominasi semua posisi publik dan majelis warga.
"Tentara Etruska (julukan orang-orang Etruria), seperti kebanyakan kekuatan tempur Mediterania saat itu, diambil dari badan warga yang sebaliknya adalah petani saat tidak berperang," ungkap Cartwright.
Tentara membayar peralatan mereka sendiri dan berjuang untuk Etruria dalam melindungi hak dan kepentingan mereka sendiri, baik untuk mempertahankan wilayah mereka atau memperluasnya, bisa juga untuk mengontrol rute perdagangan di darat dan laut, dan untuk memperoleh sumber daya yang mereka anggap perlu.
Armor terbuat dari perunggu dan berbentuk pelindung dada, pelindung kaki untuk melindungi kaki bagian bawah, helm, dan perisai bundar, seperti hoplite (seperti kulit yang dikeraskan juga banyak digunakan sebagai pelindung tubuh) dalam peperangan Yunani.
Baca Juga: Julius Caesar, Akhir yang Berdarah dari Seorang Diktator Romawi
Baca Juga: Kucing Menjaga Alat Perang Romawi yang Disegani hingga Jadi Mitologi
Source | : | World History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR