Nationalgeographic.co.id—Terletak di Tepi Barat Palestina, Yerikho merupakan kota yang kaya akan sejarah. Selain dijuluki sebagai kota tertua di dunia, di kota ini praktik penanganan mayat yang sangat aneh pernah dilakukan. Arkeolog menemukan sisa-sisa tengkorak yang diplester. Mungkinkah tengkorak berplester ini merupakan potret tertua dari orang mati?
Latar belakang tengkorak berplester
Para telah menggali sisa-sisa lebih dari dua puluh permukiman di Yerikho yang diperkirakan telah ada 9.500 tahun yang lalu. “Ini menjadikannya sebagai salah satu kota berpenghuni tertua di planet ini,” ungkap Joanna Gillan dilansir dari laman Ancient Origins.
Yerikho juga merupakan lokasi berkemah yang populer bagi kelompok pemburu-pengumpul Natufian. Namun, selama periode Dryas Terkini yang dingin dan kering, tinggal di satu lokasi permanen tidaklah memungkinkan.
Ketika kekeringan dan dingin telah berakhir, kelompok Natufian memperpanjang masa tinggal mereka. Pada akhirnya, ini menciptakan permukiman yang permanen.
Sebuah budaya baru yang didasarkan pada pertanian dan tempat tinggal menetap kemudian muncul. Ini ditandai dengan rumah-rumah melingkar kecil yang dibangun dari tanah liat dan batu bata, serta penanaman sereal. Para ahli juga menemukan bahwa kelompok ini menguburkan orang mati di bawah lantai tempat tinggal mereka.
Tengkorak Yerikho yang diplester, apakah ini merupakan potret orang yang sudah meninggal?
Periode Neolitik penting karena pada saat itulah kita pertama kali menemukan bukti yang baik untuk praktik agama dan budaya. Terutama yang berkaitan dengan adat penguburan. Di Yerikho, selain menempatkan orang yang meninggal di bawah lantai rumah, orang-orang juga melakukan praktik penanganan mayat yang unik.
Dalam beberapa kasus, Strange Remains menjelaskan bahwa tengkorak disingkirkan dari tubuh dan dibungkus dengan plester. Tujuannya untuk membuat wajah yang terlihat sangat hidup atau topeng kematian. Wajah ini juga dilengkapi dengan sisipan cangkang untuk mata dan cat untuk meniru rambut dan kumis.
Kemudian daging dan tulang rahang dikeluarkan dari tengkorak untuk meletakkan plester di atas tulang. Ciri-ciri fisik wajah juga dibuat, hal ini menunjukkan bahwa tengkorak yang dihias ini adalah potret almarhum.
Tengkorak diplester dan dihias seakan-akan seperti kepala asli. Mereka membuat detail seperti alis, dagu, mata, serta gaya rambut.
Bukti menunjukkan bahwa tengkorak tersebut kemudian ditampilkan atau disimpan dengan tengkorak plester lainnya.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR