Nationalgeographic.co.id—Lumba-lumba dikenal memiliki kemampuan belajar yang baik dan tergolong mamalia laut yang cerdas. Fakta ini diperkuat oleh banyaknya hasil penelitian tentang lumba-lumba.
Ketika ahli biologi satwa liar Angela Ziltener menyelam di laut dalam, dia mengamati sesuatu yang luar biasa. Sekelompok lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) tampak mengantri. “Mereka bergiliran menggosok tubuh ke karang atau spons laut di sepanjang dasar laut,” ungkap Ziltener.
Mengapa lumba-lumba tersebut berperilaku demikian? Setelah mengamati perilaku selama lebih dari satu dekade, ilmuwan Universitas Zurich dan timnya menemukan bahwa mamalia laut mungkin menggunakan invertebrata untuk merawat kulit. Studi terperinci diterbitkan dalam jurnal iScience.
Lumba-lumba ini bergesekan dengan karang gorgonian lunak (Rumphella aggregata), karang kulit yang lebih kuat (Sarcophyton sp.) dan spons lainnya (Ircinia sp.). Mamalia laut ini meluncur beberapa kali kemudian mendorong bagian tubuh ke karang dan spons yang lebih padat.
Beberapa lumba-lumba bahkan merobek koral kulit dari dasar laut dan menahannya di mulutnya. Kemudian, melambaikan koral itu dengan mulut sampai zat kuning dan hijau keluar dan menodai moncong dan tubuh.
Invertebrata menghasilkan senyawa antibakteri yang dilepaskan ke dalam air. Senyawa ini memberikan kulit yang sehat bagi lumba-lumba.
Uniknya, lumba-lumba tidak akan berkelahi satu sama lain saling berebut menggosok karang. "Ini tidak seperti mereka saling bertarung untuk mendapatkan giliran," kata Ziltener. Alih-alih berebut, mereka menunggu, melakukan perawatan, lalu pergi.
Studi sebelumnya telah menemukan bahwa lumba-lumba rentan terhadap penyakit kulit seperti infeksi poxvirus atau penyakit jamur seperti lobomycosis. Infeksi yang disebabkan oleh poxvirus biasanya menyerang kulit. Jika terinfeksi, virus ini mengakibatkan pembentukan lesi, nodul kulit, atau ruam yang menyebar.
Para peneliti juga mengamati lumba-lumba dewasa mengajari anak-anaknya tentang perilaku tersebut. Anak-anak lumba-lumba yang berusia di bawah satu tahun menyaksikan lumba-lumba dewasa menyikat diri ke karang. Ini terjadi di karang di Laut Merah Utara.
Lumba-lumba dewasa hanya bergesekan dengan invertebrata di bawah kondisi yang tenang. Jika perahu mengganggu daerah tersebut, lumba-lumba tidak akan melakukan aktivitas perawatan kulitnya.
“Ini adalah penelitian yang sangat berharga,” Michael Huffman, seorang ahli pengobatan hewan di Universitas Kyoto yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. "Saya sudah lama menunggu studi yang benar-benar solid tentang pengobatan sendiri pada spesies hewan laut."
Setelah menganalisis potongan karang dan spons yang disukai lumba-lumba, para peneliti menemukan 17 senyawa total dalam invertebrata. Sepuluh senyawa memiliki sifat antibakteri atau aktivitas antimikroba. Senyawa lain menyerupai hormon estrogen. Estrogen membantu menjaga kulit tetap kencang dan lembab pada manusia.
Baca Juga: Lumba-Lumba Dapat Mengenali Teman-Temannya dari Rasa Urinenya
Baca Juga: Meski Tersisa 10 Ekor, Lumba-lumba Vaquita Punya Harapan untuk Lestari
Baca Juga: Ternyata Lumba-lumba Memiliki Klitoris yang Mirip Dengan Manusia
Baca Juga: Satwa Langka Lumba-lumba Air Tawar Terlihat di Kalimantan Barat
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah lumba-lumba menggosok karang dan bunga karang untuk mengobati infeksi kulit. Hingga hasil penelitian ini diterbitkan, para ahli belum mengamati atau melihat bukti penyembuhan oleh karang.
Tim berencana untuk melihat bagaimana perilaku menggosok karang berbeda pada lumba-lumba dari berbagai jenis kelamin dan usia. “Juga area tubuh mana yang paling sering disikat oleh lumba-lumba,” tambah Ziltener.
Lagi-lagi, penelitian ini menegaskan akan pentingnya melestarikan sistem terumbu karang.
Jason Bruck, Biolog kelautan di Stephen F. Austin State University di Texas juga melakukan penelitian tentang lumba-lumba. Ia mengungkapkan bahwa lumba-lumba hidung botol menggunakan indra perasa mereka untuk membedakan urine teman-teman mereka dari lumba-lumba yang tidak berkawan dengannya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lumba-lumba memiliki pemahaman yang kompleks tentang keluarga dan teman-teman—seperti halnya manusia.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR