Nationalgeographic.co.id - Penemuan genetik UC Riverside dapat mengubah nyamuk pembawa penyakit menjadi serangga ‘Peter Pan’, mencegah mereka menjadi dewasa atau berkembang biak.
Pada tahun 2018, ahli entomologi UCR Naoki Yamanaka menemukan meski bertentangan dengan kebijaksanaan ilmiah yang diterima, tetapi hormon steroid penting membutuhkan protein pengangkut untuk masuk atau keluar dari sel lalat buah. Hormon ecdysone, atau disebut "hormon ganti kulit" sangat dibutuhkan oleh lalat. Sebab tanpa itu, lalat tidak akan pernah matang, atau bereproduksi.
Sebelum penemuannya, buku teks mengajarkan bahwa ecdysone bergerak bebas melintasi membran sel, melewatinya dengan mudah. "Kami sekarang tahu itu tidak benar," kata Yamanaka.
Setiap spesies serangga membutuhkan ecdysone untuk beberapa aspek perjalanan mereka dari telur hingga dewasa yang menghasilkan keturunan. Dan setiap serangga yang telah diuji Yamanaka juga memiliki pengangkut ecdysone yang ia temukan pada tahun 2018, ditambah beberapa lagi yang ditemukan dalam sebuah studi barunya. Namun dalam studi baru ini, ia menemukan nyamuk yang berbeda.
Nyamuk tersebut hanya memiliki tiga dari empat protein pengangkut yang dimiliki lalat buah. Mereka tidak memiliki transporter ecdysone primer yang paling penting.
"Yang utama ini entah bagaimana, secara misterius, hilang pada nyamuk," kata Yamanaka.
Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences pada 13 Juni 2022 dengan judul "Essential functions of mosquito ecdysone importers in development and reproduction".
Penemuan ini membuka pintu bagi insektisida khusus nyamuk yang tidak akan membahayakan lebah yang bermanfaat atau penyerbuk lainnya. Namun, itu akan memengaruhi nyamuk seperti yang digunakan dalam penelitian ini, Aedes aegypti, yang menyebarkan Zika, demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan virus lainnya.
"Kami dapat mengembangkan bahan kimia untuk memblokir fungsi pengangkut ecdysone ini tetapi tidak memengaruhi pengangkut asli yang menjadi kunci bagi serangga lain," kata Yamanaka. "Peluang untuk efek di luar target akan rendah," imbuhnya.
Sebuah studi terkait UC Riverside, yang dipimpin oleh ahli biologi sel Sachiko Haga-Yamanaka, mencoba untuk menemukan mesin pengangkut hormon yang serupa pada manusia.
Baca Juga: Mutasi Baru Virus Zika Ganas, Mungkinkah Jadi Wabah Berikutnya?
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR