Nationalgeographic.co.id—Berbagai negara di belahan dunia, tentu memiliki bahasa sebagai medium komunikasi dan interaksi masyarakatnya. Namun, tak ada yang bisa menafikan bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa global.
"Hal ini karena bahasa Inggris adalah lingua franca dunia atau bahasa kedua yang umum," sebut Kieran McGovern kepada Medium.
Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul Why did English become the ‘global language’? yang terbit pada 19 Maret 2019.
Bahasa Inggris menempati posisi pertama sebagai bahasa yang paling populer di dunia. Ia memiliki kurang lebihnya 1.132.000.000 orang yang mampu menggunakannya.
McGovern menulis bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional bisnis, perdagangan, sains, kedokteran, dan banyak bidang utama lainnya. Bahkan dalam diplomasi, di mana Prancis pernah berkuasa, bahasa Inggris sekarang dominan di sebagian besar wilayah dunia.
Bahasa Inggris adalah bahasa Jermanik dalam tata bahasa, sintaksis, dan kosa kata kuncinya. Meskipun hanya 30% dari kata-kata bahasa Inggris merupakan bahasa orang Anglo Saxon, mereka membuat sekitar 70% dari kata-kata yang digunakan dalam percakapan umum.
Sepuluh kata kerja teratas yang paling umum digunakan —be, have, do, say, make, go, take, come, see, get— semuanya tidak beraturan karena tidak mengikuti pola konjugasi standar (cat, dicat, dll.) Ini karena mereka selamat dari bahasa Inggris kuno.
"Inti dari fleksibilitas bahasa Inggris adalah bahwa ia banyak meminjam dari bahasa lain — khususnya Latin, Yunani, dan Prancis," sambung McGovern.
Mengadopsi kata-kata pinjaman tampaknya telah menjadi strategi evolusioner yang berguna untuk kelangsungan hidup bahasa. Umumnya konvensi untuk kata pinjaman adalah membiarkannya mendekati bentuk aslinya.
"Menurut survei ekstensif David Graddol untuk British Council, jumlah penutur bahasa Inggris non-pribumi atau bahasa kedua sekarang melebihi jumlah penutur asli atau penutur asli," lanjutnya.
Bahasa ini juga memiliki leksikon (jumlah kata) terbesar dari bahasa Eropa mana pun. Terdapat lebih dari satu juta kata, meskipun 3.000 diantaranya hanya dapat digunakan di sebagian besar situasi tertentu.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Medium |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR