Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari dari tim ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan bahwa sepanjang sesar Baribis di barat laut Jawa mungkin aktif. Aktivitas seismik di wilayah timur secara signifikan lebih tinggi daripada di barat, sementara di wilayah selatan Jakarta menunjukan adanya tingkat kompresi tinggi.
Menurut laporan tersebut, Jakarta selatan dan sekitarnya menjadi sangat rentan terhadap gempa bumi yang cukup besar di masa depan karena Sesar Baribis barat terkunci. Itu bisa terjadi ketika akumulasi energi regangan elastis akhirnya dilepaskan.
Penelitian ini ditulis oleh Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro sebagai penulis pertama dan P Supendi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi penulis kedua.
Penelitian juga melibatkan sejumlah peneliti ITB lain, bersama dengan peneliti dari Department of Earth Sciences di University of Cambridge dan PT Reasuransi Maipark.
Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature Scientific Report dengan judul "Implications for fault locking south of Jakarta from an investigation of seismic activity along the Baribis fault, northwestern Java, Indonesia" baru-baru ini.
Sebelumnya, para peneliti juga telah mempublikasikan tentang pemantauan gempa di Sesar Baribis dekat Jakarta pada tahun 2021 dan jurnal Geoscience Letters. Publikasi tersebut dipublikasikan dengan judul "Earthquake monitoring of the Baribis Fault near Jakarta, Indonesia, using borehole seismometers" pada 31 Desember 2021.
Dalam penelitian itu, para peneliti menyebutkan bahwa pengaturan geologi di Jakarta dan sekitarnya masih kurang dipahami. Namun itu adalah salah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang terkena dampak gempa baik dari zona subduksi Jawa dan sesar aktif di darat.
Oleh karena itu, para peneliti melakukan percobaan seismik lubang bor untuk merekam aktivitas seismik pada Sesar Baribis. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menentukan apakah patahan ini aktif secara seismik.
Dalam laporannya, peneliti menulis, secara signifikan, generasi peta bahaya nasional Indonesia saat ini belum mempertimbangkan kegempaan di sepanjang Sesar Baribis.
"Oleh karena itu, hasil baru kami menyerukan penilaian ulang yang mendesak dari bahaya seismik di barat laut Jawa yang dengan hati-hati memperhitungkan Sesar Baribis dan potensi gempanya," tulis peneliti.
"Terutama mengingat kedekatannya dengan Jakarta, sebuah kota besar yang terletak di jantung salah satu pulau terpadat di dunia."
Untuk diketahui, kota-kota besar di barat laut Jawa, seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang dan Purwakarta ditopang oleh medan geologis yang kompleks yang pada akhirnya muncul dari pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di sepanjang Palung Jawa.
Di wilayah ini, Lempeng Australia subduksi ke mantel atas pada sudut yang curam dan gempa bumi yang terjadi di sepanjang megathrust subduksi terkait dapat menimbulkan bahaya terbesar bagi kota-kota terdekat.
Namun, kota-kota ini juga rentan terhadap gempa bumi yang disebabkan oleh patahan kerak aktif lain selain sesar Baribis yang melintasi wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Seperti Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Garut dan Sesar Cipamingkis.
Dijelaskan, dalam studi ini, para peneliti mengeksploitasi data pengamatan sepanjang Sesar Baribis di barat laut Jawa untuk menemukan gempa proksimal menggunakan teknik relokasi relatif. Mereka memperkirakan besaran momennya menggunakan metode pemasangan spektral dan menghitung mekanisme fokusnya melalui inversi bentuk gelombang.
"Kami mengamati bahwa seismisitas di bagian timur patahan secara signifikan lebih tinggi daripada di barat, di mana studi GPS sebelumnya di wilayah selatan Jakarta menunjukkan adanya tingkat kompresi yang tinggi," tulis peneliti.
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR