Baca Juga: Peneliti Australlia Menemukan Spesies Baru Kanguru Raksasa di Papua
Baca Juga: Melihat Proses Menetasnya Telur Komodo, Naga Terakhir di Bumi
Baca Juga: Kinyang, Spesies Baru Buaya yang Pernah Memangsa Nenek Moyang Manusia
Setelah menyelesaikan gelarnya, Esselstyn dan Anang Achmadi, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini tergabung dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mulai menangkap celurut-celurut di Pulau Sulawesi pada tahun 2010. Mereka segera menyadari ada terlalu banyak spesies yang belum terdokumentasi.
Sekarang setelah dia merasa telah menguasai keanekaragaman celurut di pulau itu, Esselstyn tertarik untuk mengeksplorasi faktor-faktor geografis, geologis, dan biologis yang telah berkontribusi pada keanekaragaman hayati Sulawesi yang luar biasa.
"Taksonomi berfungsi sebagai dasar dari begitu banyak penelitian biologi dan upaya konservasi. Ketika kita tidak tahu berapa banyak spesies yang ada atau di mana mereka hidup, kemampuan kita untuk memahami dan melestarikan kehidupan sangat terbatas. Sangat penting bagi kami untuk mendokumentasikan dan menamai keragaman itu," kata Esselstyn, seperti dilansir EurekAlert!.
"Jika kita dapat menemukan banyak spesies baru ini dalam kelompok yang relatif terkenal seperti mamalia, bayangkan seperti apa keanekaragaman yang tidak terdokumentasi pada organisme yang tidak terlalu mencolok."
Source | : | eurekalert.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR