Nationalgeographic.co.id—Ikan arapaima adalah salah satu jenis ikan tawar terbesar dalam dunia hewan dan biasanya hidup di Sungai Amazon. Uniknya, baru-baru tiga ikan arapaima ditemukan warga usai banjir bandang menerjang Garut. Tiga ikan raksasa itu ditemukan di Sungai Cipeujeuh hingga akhirnya dikonsumsi warga.
Ikan pertama ditemukan warga pada Sabtu (16/07/2022) dengan berat mencapai 50 kilogram dengan panjang sekitar dua meter. Adapun dua ikan lainnyaditemukan warga pada Minggu (17/07/2022) dengan besar tidak jauh beda dari ikan pertama yang ditemukan. Ketiga ikan tersebut ditemukan dalam kondisi telah mati.
Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Garut Dodi Arisandi mengungkapkan, ikan arapaima merupakan ikan eksotik yang berasal dari Sungai Amazon di Benua Amerika dan bukan ikan lokal Indonesia. Menurut Dodi, sebagaimana diberitakan Kompas.com, arapaima termasuk salah satu ikan yang dilarang masuk ke Indonesia. Dia menjelaskan, warga Indonesia yang memelihara ikan arapaima bisa dikenai sanksi pidana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 yang dikuatkan oleh Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2014.
Belakangan diketahui bahwa ketiga ikan predator yang bersifat invasif itu merupakan milik seorang bos pabrik pengolahan cengkih yang ada di kawasan Maktal, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Tiga ikan itu dipelihara sejak kecil sang pemilik di kolam bagian belakang pabrik pengolahan cengkih tersebut.
Menurut Ikih (65), salah seorang karyawan pabrik, sebagaimana dikutip dari Detik.com, bagian belakang benteng yang mengelilingi kolam itu jebol saat banjir bandang. Akibatnya, ketiga ikan tersebut terbawa arus.
Dikutip dari National Geographic, ikan arapaima dikenal juga sebagai paiche atau pirarucu. Arapaima adalah ikan yang melapisi sungai hutan hujan di Cekungan Amazon Amerika Selatan dan danau serta rawa di dekatnya.
Ikan ini adalah salah satu spesies ikan air tawar terbesar di dunia dan dapat tumbuh hingga panjang 4,5 meter dan berat hingga 2 kuintal, meski jarang. Yang lebih umum, rata-rata panjang ikan ini adalah sekitar 1,8 meter dan 90 kilogram.
Arapaima memiliki kepala berwarna hijau tembaga dengan ujung meruncing. Mulutnya menengadah. Tubuhnya ramping berwarna hitam dengan pusat putih dan tentu saja bersisik.
Sirip punggungnya membentang di sepanjang punggung ke arah ekor besarnya yang berwarna merah. Nama Brasil mereka, pirarucu, berasal dari bahasa Tupi dan diterjemahkan secara kasar sebagai "ikan merah."
Sebagai ikan yang butuh menghirup udara secara langsung, arapaima hanya bisa bertahan di bawah air selama 10 hingga 20 menit. Ikan ini cenderung tinggal di dekat permukaan air sebelum muncul untuk bernapas, menggunakan sebuah kantung renang yang termodifikasi yang membuka ke mulut ikan dan bertindak sebagai paru-paru. Tegukan yang berisik dan khas itu membuat suara ikan ini seperti batuk dan bisa terdengar dari jauh.
Terkait pola makannya, ikan raksasa Amerika Selatan ini menggunakan strategi makan "gulper". Dengan membuka mulutnya yang besar, ikan ini menciptakan ruang hampa yang menarik zat-zat makanan di dekatnya. Arapaima bertahan hidup terutama dengan memakan ikan, tetapi mereka juga dikenal memakan buah-buahan, biji-bijian, dan serangga.
Sebagai predator yang ganas, ikan ini juga dapat menggunakan semburan kecepatan pendek untuk melompat keluar dari air untuk memangsa burung, kadal, dan bahkan primata kecil dari pohon yang tergantung rendah.
Terkait reproduksinya, pergerakan dan siklus reproduksi ikan ini sangat bergantung pada banjir musiman Amazon. Ketika sungai meluap, ikan-ikan ini tersebar ke dataran banjir yang mengandung begitu banyak vegetasi yang membusuk sehingga kadar oksigen terlalu rendah untuk mendukung sebagian besar ikan. Kemudian, selama bulan-bulan air rendah, arapaima membangun sarang di dasar berpasir tempat betina bertelur.
Jantan dewasa memainkan peran reproduksi yang tidak biasa dengan mengerami puluhan ribu telur di mulutnya, menjaganya dengan agresif dan memindahkannya bila perlu. Telur-telur itu mulai menetas karena naiknya permukaan air memberi mereka kondisi banjir untuk berkembang.
Baca Juga: Sepuluh Temuan Paling Menarik dari Dunia Hewan Sepanjang Tahun 2021
Baca Juga: Dunia Hewan: Inilah Tujuh Binatang yang Punya Profesi Tidak Biasa
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Tubuh Gajah Sangat Besar? Apa Untung dan Ruginya?
Arapaima gigas telah lama diyakini sebagai satu-satunya spesies arapaima, tetapi pada tahun 2013 para ilmuwan membuktikan bahwa ada spesies ikan lain. Sejak itu, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa mungkin ada lima atau lebih spesies arapaima.
Kadang-kadang juga disebut sebagai "ikan kod dari Amazon," arapaima dianggap sebagai ikan yang sangat baik dan telah menyediakan sumber protein penting di Amazon selama berabad-abad. Penduduk setempat sering mengasinkan dan mengeringkan daging arapaiman yang dapat disimpan tanpa membusuk.
Kedekatannya ikan ini dengan permukaan air membuat arapaima rentan terhadap pemangsa manusia, yang dapat dengan mudah menargetkan mereka dengan tombak. Jumlah ikan ini telah menurun secara dramatis di seluruh wilayah terutama karena penangkapan ikan yang berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, praktik pengelolaan baru yang melibatkan komunitas nelayan lokal di Brasil telah meningkatkan populasi arapaima.
Dalam dunia hewan, arapaima tidak hanya tumbuh besar, tapi juga menunjukkan tingkat pertumbuhan tercepat yang diketahui pada ikan apa pun. Hal ini membuat arapaima menjadi spesies yang ideal untuk dipiara. Arapaima telah diperkenalkan sebagai spesies akuakultur ke sungai-sungai lain di Amerika Selatan tropis. Ikan ini juga telah diperkenalkan untuk olahraga memancing di Thailand dan Malaysia. Dan bahkan kini juga sudah dipira orang di Indonesia.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | National Geographic,Detik.com,KOMPAS.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR