"Kami berpikir bahwa seiring waktu evolusi, hiu paus telah mengembangkan kemampuan untuk mencerna beberapa Sargassum yang masuk ke usus mereka," kata Meekan.
"Jadi, visi yang kita miliki tentang hiu paus yang datang ke Ningaloo hanya untuk berpesta krill kecil ini hanyalah setengah dari cerita. Mereka sebenarnya di luar sana makan cukup banyak alga juga."
Sementara, Patti Virtue ahli kelautan biologis dari Institute for Marine and Antarctic Studies di University of Tasmania, mengatakan mereka terkejut dengan tanda biokimia hiu paus.
"Ini sangat aneh, karena dalam jaringan mereka tidak memiliki asam lemak atau tanda isotop stabil dari hewan pemakan krill.," kata Virtue.
"Sesuatu seperti hiu paus, yang berenang di air dengan mulut terbuka, akan menelan banyak hal berbeda," tambah rekan penulis Andy Revill, ahli biogeokimia di CSIRO.
Tapi Anda tidak tahu, kata peneliti, berapa banyak yang telah didapatkan oleh hewan itu dan berapa banyak yang langsung keluar dari ujung yang lain.
"Sementara isotop stabil, karena mereka benar-benar tergabung ke dalam tubuh, merupakan cerminan yang jauh lebih baik dari apa yang sebenarnya digunakan hewan untuk tumbuh," kata para peneliti.
Laporan penelitian ini telah diterbitkan di journal Ecology dengan judul "The world's largest omnivore is a fish."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Journal Ecology,Australian Institute of Marine Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR