Namun, berdasarkan analisis penelitian ini, suhu perlu diubah sebesar 9 derajat Celcius. Dan ini tidak akan muncul sampai 2500 dalam skenario terburuk.
"Meskipun memprediksi tingkat kepunahan di masa depan sulit karena penyebabnya akan berbeda dari yang sebelumnya," kata Kaiho.
"Ada cukup bukti untuk menunjukkan bahwa kepunahan yang akan datang tidak akan mencapai besaran masa lalu jika anomali suhu permukaan global dan anomali lingkungan lainnya juga berubah."
Kaiho juga menemukan toleransi yang lebih rendah untuk tetrapoda darat daripada hewan laut untuk peristiwa pemanasan global.
Namun, hewan laut memiliki toleransi yang lebih kecil terhadap perubahan suhu habitat yang sama dibandingkan hewan darat. Hal ini karena anomali suhu di darat 2,2 kali lebih tinggi dari suhu permukaan laut.
Fenomena ini sesuai dengan pola kepunahan yang sedang berlangsung. Ke depan, para peneliti memprediksi besaran kepunahan hewan di masa depan yang terjadi antara tahun 2000-2500.
"Dalam hubungan linier, saya menemukan toleransi yang lebih rendah pada tetrapoda darat daripada hewan laut untuk peristiwa pemanasan global yang sama," tulis peneliti.
"Dan sensitivitas hewan laut yang lebih tinggi terhadap perubahan suhu habitat yang sama daripada hewan darat. Fenomena ini sesuai dengan kepunahan yang sedang berlangsung."
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Biogeosciences,Tohoku University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR