Baca Juga: 'Virus Raksasa' di Danau Epishelf Arktika Ini Terancam Perubahan Iklim
"Untuk membangun kembali stok ikan, perubahan iklim harus sepenuhnya dipertimbangkan," kata rekan penulis Dr. Juliano Palacios-Abrantes, rekan postdoctoral IOF. "Kita hidup di dunia yang terglobalisasi. Di mana situasi saling berhubungan. Kita melihat ini paling signifikan di daerah tropis, tetapi juga di Kutub Utara, di mana banyak spesies yang dieksploitasi lambat untuk dewasa. Atau Irlandia, Kanada dan Amerika Serikat, dengan kematian penangkapan ikan yang tinggi. Efek iklim ini, bahkan ketika kita melihat skenario yang berfokus pada konservasi, membuat stok ikan terlalu sulit untuk bangkit kembali."
Dr. Cheung mengatakan bahwa karena perubahan iklim, dunia tidak mungkin kembali ke tingkat stok ikan sebelumnya.
"Kita berada pada titik balik. Yang kita butuhkan adalah upaya global yang terkoordinasi untuk mengembangkan langkah-langkah konservasi laut yang praktis dan adil. Hal ini untuk mendukung pembangunan kembali biomassa yang efektif di bawah perubahan iklim," tutur Cheung. "Ini perlu mengenali cara keanekaragaman hayati laut berkontribusi pada mata pencaharian dan ekonomi. Khususnya di ekoregion laut tropis, serta membutuhkan batasan yang lebih ketat pada kegiatan penangkapan ikan untuk mencapai potensi pembangunan kembali biomassa yang lebih besar."
#SayaPilihBumi, gerakan sosial yang digagas National Geographic Indonesia sejak 2018, juga berusaha menyadarkan kita bahwa setiap aktivitas kecil kita dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh pada kelestarian bumi. Simak #SayaPilihBumiFestival yang akan digelar pada Oktober mendatang di sini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, peran komunitas dalam pelestarian Bumi, sampai konser musik.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR