Sementara fosil ini memenuhi prediksi paleontologi bahwa garis keturunan nenek moyang lophophorates adalah cacing lapis baja yang gesit. Namun penampilan anatominya yang lembut membuat fokus beberapa hipotesis tentang bagaimana lophophorates mungkin terkait dengan cacing tersegmentasi.
"Para ahli biologi telah lama mencatat bagaimana brakiopoda memiliki banyak rongga tubuh berpasangan, struktur ginjal yang unik dan kumpulan bulu di punggung mereka sebagai larva. Kesamaan ini membuat mereka memperhatikan seberapa dekat brakiopoda menyerupai cacing annelid." Kata Vinther. “Kita sekarang dapat melihat bahwa kesamaan itu adalah cerminan dari nenek moyang yang sama. Nenek moyang lophophorates dan Annelida memiliki anatomi yang paling mirip dengan Annelida.
Ia juga menambahkan, "Pada titik tertentu, nenek moyang tommotiid lophophorates menjadi sessile dan berevolusi makan suspensi (menangkap partikel tersuspensi dalam air). Kemudian, tubuh panjang cacing dengan banyak unit tubuh berulang menjadi kurang berguna dan berkurang."
Rekan penulis Greg Edgecombe dari Natural History Museum ikut berkomentar, "Penemuan ini menyoroti betapa pentingnya fosil untuk merekonstruksi evolusi,” tuturnya. "Kami mendapatkan gambaran yang tidak lengkap dengan hanya melihat hewan hidup, dengan karakter anatomi yang relatif sedikit yang dimiliki oleh filum yang berbeda. Dengan fosil seperti Wufengella, kami dapat melacak setiap garis keturunan kembali ke akarnya. Menyadari bagaimana mereka dulu terlihat sangat berbeda dan memiliki cara hidup yang sangat berbeda terkadang unik dan terkadang berbagi dengan kerabat yang lebih jauh."
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR