Nationalgeographic.co.id – Brain fog atau kabut otak, istilah yang digunakan untuk menggambarkan pikiran kabur, kesulitan menemukan kata, dan kelelahan mental mendalam. Disfungsi ini banyak ditemukan pada mereka pascaterinfeksi COVID-19.
Hal ini dibuktikan melalui studi terbaru yang menunjukkan lebih dari 22 persen dari mereka yang terinfeksi COVID-19 melaporkan disfungsi kognitif setelah pulih dari infeksi awal. Akan tetapi masalah kognitif yang terkait dengan efek jangka panjang COVID lebih luas dari itu. Perhatian, memori, dan bahkan fungsi eksekutif dapat terganggu, membuat banyak orang merasa tidak berdaya, rentan, dan tidak dapat menjalani hidup mereka seperti dulu.
Bagaimana COVID-19 Dapat Menyebabkan Kabut Otak?
Seperti dilansir Psychology Today, sementara sains belum mengungkapkan alasan pasti untuk kesulitan kognitif yang diamati pasca-COVID-19, penelitian telah memberi beberapa penjelasan yang mungkin. Peradangan saraf adalah salah satu hipotesis utama mengapa penderita COVID mengalami kabut otak yang melemahkan seperti itu.
Peradangan adalah konsekuensi umum dari banyak infeksi. Untuk alasan yang tidak diketahui, COVID-19 memicu respons peradangan yang sangat kuat. Secara khusus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasca-COVID menunjukkan peningkatan sitokin inflamasi dan reaktivitas mikroglial di otak.
Produksi sitokin adalah respon imun normal terhadap infeksi. Ketika patogen seperti virus penyebab COVID-19 menyerang tubuh seseorang, sitokin memulai pertahanan kekebalan tubuh terhadap patogen. Demikian pula, aktivasi sel mikroglia juga merupakan reaksi normal terhadap rangsangan inflamasi atau toksik. Sel mikroglia berfungsi seperti penjaga otak dan memainkan peran penting dalam sistem saraf pusat. Mereka memantau lingkungan mereka dan secara aktif mencari rangsangan berbahaya.
Studi menunjukkan bahwa karena COVID-19 menimbulkan reaksi ekstrem dalam sistem kekebalan tubuh kita, itu menyebabkan respons alami terhadap patogen ini tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan reaksi peradangan saraf yang berlebihan dan tidak terkendali, mengganggu fungsi saraf dan mengarah pada perkembangan kabut otak.
Strategi Mengatasi Kabut Otak
Gangguan kognitif yang dialami oleh penderita COVID tidak hanya membuat frustrasi dan menakutkan, tetapi juga dapat sangat melemahkan. Sayangnya, tidak ada solusi satu ukuran untuk semua yang akan menghilangkan kesulitan ini. Meskipun demikian, ada strategi rehabilitatif yang dapat membantu penumpang jarak jauh mengurangi dampak kabut otak pada kehidupan mereka. Berikut ini adalah enam strategi yang mudah diterapkan yang dapat digunakan oleh para pelari jarak jauh untuk meningkatkan fungsi otak.
1. Tidur lebih baik. Kebersihan tidur yang baik selalu penting. Menetapkan jadwal tidur yang teratur bisa sangat membantu meningkatkan kualitas tidur seseorang. Kurangi waktu melihat layar sebelum tidur dan hilangkan, sebanyak mungkin, cahaya biru di kamar tidur Anda. Meskipun cukup tidur itu penting, juga membantu untuk menetapkan rutinitas tidur yang memungkinkan Anda bangun saat tidur nyenyak karena ini akan membuat Anda merasa lebih istirahat daripada jika bangun dari tidur nyenyak.
Baca Juga: Identifikasi Antibodi yang Membuat Vaksin Covid Tidak Diperlukan Lagi
Baca Juga: COVID-19 Lebih Mematikan Bagi Orang dengan Gangguan Intelektual
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR