Wabah memainkan peran utama dalam peluang hidup di Yunani dan Romawi. Di Yunani, wabah biasanya terjadi pada saat-saat kritis kepadatan penduduk. Thucydides menulis secara ekstensif tentang wabah selama Perang Peloponnesia dari 430-26 Sebelum Masehi. Athena, penuh sesak dengan pengungsi, terjadi kematian puluhan ribu penduduk. Pericles, seorang negarawan terkemuka di Yunani pun menjadi korban wabah itu.
Baca Juga: Beda Praktik Homoseksualitas Era Romawi Kuno dan Zaman Modern
Baca Juga: Selain COVID-19, Inilah 5 Wabah Paling Mematikan dalam Sejarah
Beberapa gelombang wabah juga berdampak buruk di Romawi kuno. Sebuah wabah misterius di masa kepemimpinan Kaisar Marcus Aurelius membunuh sepertiga dari populasi di beberapa wilayah yang terkena. Pada akhirnya, ini sangat berdampak pada kekuatan tentara Romawi.
Penyakit misterius itu ditularkan dari tentara yang kembali dari pos-pos militer yang jauh, bahkan mungkin telah membunuh Marcus Aurelius sendiri. Pada abad keenam, diyakini bahwa bentuk wabah Bubonic memusnahkan sebanyak setengah dari populasi Romawi.
Kolera
Ukuran, kepadatan, dan keterhubungan sosial Romawi kuno sangat ideal untuk penyebaran penyakit menular.
Kolera dengan mudah dan cepat menyebar ke seluruh populasi karena berbagai faktor. Misalnya pemandian umum yang terletak di sebelah toilet umum, kurangnya pasokan air bersih untuk orang miskin, dan kebiasaan kebersihan yang buruk di toilet umum.
Tanpa tisu, orang Romawi menggunakan spon pada tongkat atau xylospongium untuk membersihkan diri sehabis buang air. Spon tersebut digunakan oleh banyak orang sehingga menyebabkan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Perang
Informasi statistik mengenai korban militer selama zaman Romawi sangat bergantung pada catatan sejarawan kuno. Tulisan Livy dan Appian mengungkapkan kematian hampir 100.000 tentara pada periode 201 hingga 151 Sebelum Masehi.
Source | : | Ranker.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR