Nationalgeographic.co.id—Pink atau merah muda adalah salah satu corak feminin di zaman modern seperti yang terjadi hari ini. Padahal, secara historis, warna ini menjadi corak yang umum bagi para pria di zaman kuno.
"Secara historis, pink sebagai warna feminin adalah perkembangan mode yang relatif baru," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikel berjudul Our Fashion Choices Today Would Have Been Extremely Questionable in History yang diterbitkan pada 11 April 2022.
Alih-alih menjadi fesyen feminin, pada tahun 1918—misalnya—sebuah katalog Amerika yang populer lebih merekomendasikan agar gadis-gadis kecil memakai warna biru, karena warna itu terkesan halus dan lembut.
Seperti yang terjadi pada tahun 1927, di mana majalah Time melakukan survei terhadap department store besar untuk mengetahui warna mana yang biasanya diasosiasikan dengan anak perempuan dalam tren pakaian mereka.
Hasil yang didapatkan beragam, dan warna merah muda belum muncul sebagai pilihan yang cocok untuk busana bagi para anak perempuan. Sampai tahun 1920-an, warna pink masih dipakai secara umum, baik pria maupun wanita.
Namun, mode dan kesan terhadap pemilihan warna fesyen terus berkembang seiring waktu. Setelah Perang Dunia II, warna merah muda mulai digemari dan menjadi asosiasi simbolis yang lekat dengan warna feminin sebagaimana yang kita alami hari ini.
Tren girlie pink atau warna merah muda sebagai identitas feminin, sejatinya bermula dari mode fesyen yang dikenakan sang Ibu Negara, Nyonya Eisenhower.
"Pada pelantikan tahun 1953, sang Ibu Negara yang baru tampil dengan gaun pesta merah muda bertatahkan berlian yang sangat besar, telah berhasil membuat dunia menjadi sangat kagum," imbuhnya.
Marie Geneva atau Mamie Eisenhower menjadi simbol kecantikan kaum hawa di kala itu. Wanita muda berfaras cantik itu tampil elegan dengan busana merah mudanya, saat Dwight D. Eisenhower dilantik sebagai presiden ke-34 Amerika Serikat.
Media massa memainkan perannya untuk secara cepat menyebarluaskan berita tentang keanggunan Mamie Eisenhower dalam balutan busana merah muda. Mereka mulai meracuni seluruh wanita hingga ke pelosok desa di Amerika.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR