Nationalgeographic.co.id—Sebuah laporan baru Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan banyaknya bencana iklim yang menerjang kawasan Pasifik Barat Daya, termasuk Indonesia, dalam setahun. Laporan itu menguraikan ada 57 bencana alam terkait perubahan iklim yang terjadi di kawasan tersebut di sepanjang tahun 2021.
Laporan tersebut menunjukkan suhu permukaan laut dan panas lautan di beberapa bagian Pasifik Barat Daya meningkat lebih dari tiga kali rata-rata global dan merusak banyak ekosistem vital. Selain itu, kenaikan permukaan laut juga menimbulkan ancaman eksistensial bagi pulau-pulau dataran rendah dan penduduknya di kawasan tersebut.
Laporan berjudul The State of the Climate in the South-West Pacific 2021 itu menunjukkan bagaimana bencana terkait cuaca merusak pembangunan sosial-ekonomi, dan mengancam keamanan kesehatan, pangan, dan air. Laporan ini memberikan gambaran tentang indikator iklim seperti suhu, kenaikan permukaan laut, panas dan pengasaman laut, dan cuaca ekstrem, di samping risiko dan dampaknya.
Sepanjang tahun 2021, wilayah tersebut melaporkan 57 bencana alam. 93% di antaranya adalah banjir dan badai.
Secara keseluruhan, 14,3 juta orang terkena dampak langsung dari bencana-bencana ini dan menyebabkan total kerugian ekonomi sebesar 5,7 miliar dolar AS. Kerusakan ekonomi akibat badai telah meningkat sebesar 30% dan lebih dari dua kali lipat akibat banjir, dibandingkan dengan dua dekade terakhir.
Namun, meskipun berada di garis depan perubahan iklim, banyak negara di kawasan Pasifik Barat Daya tidak memiliki alat-alat yang cukup untuk beradaptasi. Ada kesenjangan besar dalam sistem pengawas dan layanan peringatan dini.
Oleh karena itu, kawasan ini menjadi salah satu target prioritas dari inisiatif baru Peringatan Dini PBB untuk Semua (UN Early Warnings for All) untuk memastikan bahwa setiap orang di bumi terlindungi dalam lima tahun ke depan.
"Laporan ini menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut terus berlanjut di wilayah tersebut," ujar Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, seperti dikutip dari keterangan WMO.
"Mengingat bahwa ada banyak negara kepulauan di wilayah tersebut dan sebagian besar kota besar berada di zona pesisir, tren ini dapat memperburuk kerentanan di wilayah tersebut sehubungan dengan gelombang badai, pantai genangan dan erosi, ketahanan pangan dan air, dan pada akhirnya kelayakhunian dan kelestarian kawasan.”
Laporan tersebut dan peta cerita yang menyertainya diluncurkan pada negosiasi Perubahan Iklim PBB, COP27, pada 17 November 2022. Penderitaan Negara-Negara Berkembang Pulau Kecil (SIDS) adalah salah satu tema berulang dari negosiasi perubahan iklim tahunan tersebut.
COP27 memiliki penekanan besar pada pembiayaan adaptasi dan implementasi target Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga maksimal 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
"'Risiko' Pasifik Barat Daya meluas dan meningkat dengan perubahan iklim, dikombinasikan dengan tantangan lebih lanjut yang berasal dari misi pemulihan COVID-19 yang berkelanjutan," kata Armida Salsiah Alisjahbana, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik.
Source | : | World Meteorological Organization |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR